BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kurikulum berbasisi
kompetensi yang dikembangkan saat ini tetap menempatkan pendidikan budi pekerti
sebagai pendidikan yang terintegrasi dengan mata pelajaran lain dalam
pembelajaran. Menginterasikan suatu muatan pembelajaran ternyata bukan
pekerjaan mudah bagi sebagian guru. Karenanya, diperlukan strategi tertentu
agar pembelajaran budi pekrti berjalan efektif.
Secara konpensional
pendidikan budi pekerti merupakan usaha sadar menyiapkan peserta didik menjadi
manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap perannya sekarang
dan masa yang akan datang. Disamping itu, pendidikan budi pekerti merupakan uoaya pembentuka, pengembangan,
peningkatan, pemeliharaan, dan perbaikan perilaku peserta didik. Agar mereka
mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras dan seimbang.
Secara operasional
pendidikan budi pekerti merupaakan upaya
membekali peserta didik. Melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan
selama pertumbuhan dan peerkembangan sebagai bekal masa depannya. Tujuan nya
aga mereka memiliki hati nurani yang bersih berperangai baik serta menjaga
kesusilaan dalam menjaga melaksanakan kewajiban terhadap tuhan dan sesama
makhluk.
Dikhawatirkan dengan
pengintegrasian yang tidak tepat pendidikan budi pekerti dalam pembelajaran
akan mengalami pendangkalan makna, setidaknya pendangkalan konsep. Bisa jadi
pembelajaran budi pekerti menjadi tidak lebih sekedar pendidikan etika atau
sopan santun padahal. Tujuan nya aga mereka memiliki hati nurani yang bersih
berperangai baik serta menjaga kesusilaan dalam menjaga melaksanakan kewajiban
terhadap tuhan dan sesama makhluk.
Dikhawatirkan
dengan pengintegrasian yang tidak tepat pendidikan budi pekerti dalam
pembelajaran akan mengalami pendangkalan makna, setidaknya pendangkalan konsep.
Bisa jadi pembelajaran budi pekerti menjadi tidak lebih sekedar pendidikan
etika atau sopan santun padahal sesungguhnya etika atau sopan santun hanyalah
pbagian pendidikan dari budi pekerti
Dewasa
ini, masyarakat masih menggunakan masalah etiket atau etika yang diartikan
samadengan tata krama ungguh dan stubasita. Kedua istilah itu selalu
dihubungkan dengan sikap dan perilaku sopan santun. Pengintegerasian pendidikan budi pekerti dalam
pembelajaran perlu diperjelas wujudnya diantaranya implementasi pendidikan budi
pekerti bukan pada ranah kognitif saja melainkan harus berdampak positif
terhadap ranah afektif dan
psikomotorik.yang berperilaku yang berupa perilaku peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ruang lingkup materi dan
subtansi pendidikan budi pekerti?
2. Apa saja unsur –unsur pendidikan budi
pekerti?
3.
Bagaimana penanaman nilai budi pekerti pada jenjang pendidikan formal?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui ruang lingkup materi dan subtansi pendidikan budi pekerti.
2. Untuk
mengetahui unsur-unsur pendidikan budi pekerti.
3.
Untuk menegetahui nilai-nilai budi
pekerti pada jenjang. pendidikan formal
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIANnKOMPETENSInDANnKURIKULUMnBERBASIS KOMPETENSI
Kompetensi merupakan
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak. Sedangkan kurikulum berbasis kompetensi
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar
yang harus dicapai siswa. Penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.
Adapun ciri-ciri kurikulum berbasis kompetensi:
1.
Menekankan
pada ketercapaian kompetensi peserta didik baik secara individual maupun
klasikal.
2.
Berorientasi
pada hasil belajar dan keberagaman.
3.
Pencapaian
dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4.
Sumber
belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
5.
Penilaian
menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi.
B.
TUJUAN DAN FUNGSI PENDIDIKAN BUDI
PEKERTI DI SEKOLAH
Tujuan
pendidikan budi pekerti meliputi:
1. Mendorong
kebiasan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai
universal dan tradisi budaya bangsa yang religious.
2. Menanamkan
jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai penerus bangsa
3. menanamkan
ketegaran dan kepekaan mental peserta didik terhadap situasi dan kondisi
lingkungan yang negatif, sehingga tidak terjerumus ke dalam perilaku yang
menyimpang, baik secara individual maupun social
4. Meningkatkan
kemampuan untuk menjauhi atau menolak sifat-sifat tercela yang dapat merusak
diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Adapun
fungsi dari pendidikan budi pekerti bagi peserta didik,yaitu :
1. Pencegahan
Yaitu untuk mencegah perilaku negatif yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan
budaya bangsa.
2. Penyaluran,
yaitu untuk membantu peserta didik yang memiliki bakat tertentu agar dapat berkembang
dan bermanfaat secara optimal sesuai dengan budaya bangsa.
3. Penyaring
(filter), yaitu untuk menyaring budaya-budaya bangsa sendiri dan budaya
bangsa-bangsa lain, yang tidak sesuai dengan nilai budi pekerti
4. Pembersih,
yaitu membersihkan diri dari penyakit hati seperti sombong, egois, iri, dengki,
dan ria, sehingga terhindar dari penyakit hati itu dan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai ajaran agama dan budaya bangsa.
5. Perbaikan,
yaitu memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kelemahan peserta didik dalam
perilaku sehari-hari.
6. Pengembangan,
yaitu untuk meningkatkan perilaku yang baik bagi peserta didik yang telah
tertanam dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, sehingga mereka dapat
mengembangkan kecerdasan spritual, emosional, dan intelektualnya secara optimal.
C.
PENDEKATAN
DAN PRINSIP PENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
Pendekatan
yang di maksud antara lain adalah seagai berikut :
1. Pendekatan
penanaman nilai (Iculcation Approach)
Pendekatan
penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberi
penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Pendekatan ini
sebenarnya merupakan pendekatan tradisional. Pada dasarnya, pendekatan ini
mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai sebagai milik
mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan:
mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, menerapkan nilai
sesuai dengan keyakinan diri. Cara yang digunakan antara lain keteladanan,
penguatan, simulasi, dan bermain peran.
2. Pendekatan
Perkembangan Moral Kognitif (Coghnitive Moral Development Approach)
Pendekatan
ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan
dalam membuat keputusan-keputusan moral. Perkembangan moral menurut pendekatan
ini dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam membuat pertimbangan
moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju suatu tingkat yang lebih
tinggi (Elias, 1989). Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini ada dua hal
yang utama. Pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih
kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa
untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam
suatu masalah moral.
3. Pendekatan
Analisis Nilai (Value Analysis Approach)
Pendekatan
analisis nilai (values analysis approach) memberikan penekanan pada
perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis
masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial yang berhubungan dengan
nilai tertentu dan dapat menghubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai
mereka sendiri. Jika dibandingkan dengan pendekatan perkembangan kognitif,
salah satu perbedaan penting antara keduanya bahwa pendekatan analisis nilai
lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah yang memuat nilai-nilai
sosial. Adapun pendekatan perkembangan kognitif memberi penekanan pada dilema
moral yang bersifat perseorangan.
4. Pendekatan
Klarifikasi Nilai (Value Clarification Approach)
Pendekatan
klarifikasi nilai (values clarification approach) memberi penekanan pada usaha
membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk
meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Pendekatan ini
memberi penekanan pada nilai yang sesungguhnya dimiliki oleh seseorang. Bagi
penganut pendekatan ini, nilai bersifat subjektif, ditentukan oleh seseorang
berdasarkan kepada berbagai latar belakang pengalamannya sendiri, tidak
ditentukan oleh faktor luar, seperti agama, masyarakat, dan sebagainya. Oleh
karena itu, bagi penganut pendekatan ini isi nilai tidak terlalu penting. Hal
yang sangat dipentingkan dalam program pendidikan adalah mengembangkan
keterampilan siswa dalam melakukan proses menilai. Jadi bisa kita simpulkan
bahwa pendekatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri dan
nilai-nilai orang lain. Selain itu, bertujuan membantu peserta didik untuk mampu
mengkomunikasikan secara jujur dan terbuka tentang nilai-nilai mereka sendiri
kepada orang lain dan membantu peserta didik dalam menggunakan kemampuan
berpikir rasional dan emosional dalam menilai perasaan, nilai, dan tingkah laku
mereka sendiri. Cara yang digunakan antara lain bermain peran, simulasi,
analisis mendalam tentang nilai sendiri, aktivitas yang mengembangkan
sensitivitas, kegiatan di luar kelas, dan diskusi kelompok.
5. Pendekatan
Pembelajaran Berbuat (Action Learning Approach)
Pendekatan pembelajaran
berbuat (action learning approach) memberi penekanan pada usaha memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara
perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. pembelajaran
berbuat dipelopori oleh Newmann, dengan memberikan perhatian mendalam pada
usaha melibatkan siswa sekolah menengah atas dalam melakukan
perubahan-perubahan sosial. Tujuan pendekatan ini adalah untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik seperti pada pendekatan analisis dan klarifikasi nilai,
dan mengembangkan kemampuan dalam melakukan kegiatan sosial serta mendorong
peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial. Cara yang
digunakan selain cara-cara pendekatan analisis dan klarifikasi nilai, adalah
metode proyek/kegiatan di sekolah, hubungan antar pribadi, praktik hidup
bermasyarakat dan berorganisasi.
Adapun juga prinsip
pendukung pendidikan budi pekerti adalah :
1. Cara
mempertahankan sikap yang baik
Beberapa cara yang
dapat dilakukan guru untuk mempertahankan sikap dan perilaku peserta didik yang
sudah baik adalah sebagai berikut :
a. Menciptakan suasana
belajar yang aman, tenang dan menyenangkan bagi peserta didik dengan membina
hubungan baik antara guru dengan peserta didik, berkomunikasi terbuka, sehingga
tidak ada perasaan tertekan dan takut kepada guru.
b.nMemberikannhadiahnataunpenghargaannHadiahnatau penghargaann dapat berupa:
1). Pujian berupa
kata-kata atau kalimat yang diucapkan guru setelah melihat sikap / perilaku
peserta didik yang baik, seperti kata bagus. Contohnya "pekerjaanmu hari
ini bagus". Ucapan "selamat"
2). Pujian dalam bentuk
mimik atau gerakan anggota badan yang memberikan kesan kepada peserta didik,
misalnya anggukkan kepala, memberi acungan jempol, senyum dan lain-lain.
3). Benda sederhana
seperti permen, pensil, buku, atau lainnya yang bermanfaat.
2. Cara
mencegah sikap dan perbuatan yang tidak baik
Beberapa cara yang
dapat dilakukan guru untuk mencegah perbuatan peserta didik yang tidak baik,
antara lain
a. Memberikan
perhatian/ pelayanan yang adil kepada peserta didik agar tidak timbul rasa iri
dan cemburu
b. Menanamkan
rasa berani mengakui kesalahan sendiri dan meminta maaf serta tidak
mengulanginya
c. Memberikan
sanksi kepada yang melanggar aturan sekolah
d. Memberikan
pengertian mengenai nilai-nilai budi pekerti melalui cerita-cerita
e. Menghidari
respon penguatan negative
f. Memperdengarkan
nilai-nilai budi pekerti kepada peserta didik setiap saat atau memasang
slogan-slogan di tempat–tempat terbuka seperti "Bersih itu sehat",
"Kebersihan cermin kepribadian", "sudah rapikah saya".
3. Rambu-rambu
penerapan
Dalam penerapan
pendidikan budi pekerti, guru perlu memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut:
a. Penerapan
budi pekerti tidak hanya pada ranah kognitif saja, melainkan harus berdampak
positif terhadap sikap dan perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
b. Rumuskan
tujuan yang mengacu kepada penerapan perilaku dasar yang telah ditetapkan
secara rinci dan jelas. Pencapaian tujuan penerapan akan lebih mudah
dilaksanakan guru karena perilaku dasar tersebut diterjemahkan dalam
indikator-indikator sebagai ukuran perilaku dasar budi pekerti
c. Penerapan
nilai-nilai budi pekerti dikembangkan sesuai dengan kondisi dan perkembangan
masyarakat dan fakta-fakta yang dihadapi peserta didik
d. Untuk
keberhasilan pendidikan budi pekerti ini semua pihak (guru, orang tua, kepala
sekolah, tenaga administrasi) harus berperan aktif mengembangkan nilai-nilai
budi pekerti sehingga nilai-nilai budi pekerti itu menjadi budaya pada sekolah.
e. Orang
tua sebagai pemberi suri teladan, bekerja sama dengan sekolah untuk membimbing
peserta didik dan konsisten dalam menjalankan pendidikan budi pekerti di rumah
f. Sekolah
menciptakan suasana yang kondusif bagi terlaksananya penerapan pendidikan budi
pekerti dan seluruh unsur sekolah memberi teladan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kurikulum berbasis kompetensi
yang dikembangkan saat ini tetap menempatkan
pendidikan budi pekerti sebagai pendidikan yang terintegrasi dengan mata
pelajaran lain dalam pembelajaran. Mengintegrasikan suatu muatan pembelajaran
ternyata bukan pekerjaan mudah bagi sebagian besar guru. Karenanya, diperlukan strategi tertentu agar pembelajaran pendidikan budi
pekerti berjalan efektif. Secara konsepsional, pendidikan
budi pekerti merupakan usaha sadar menyiapkan peserta didik menjadi
manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang
dan masa yang akan datang.
B.
KRITIK DAN SARAN
Berkaitan
dengan isi dari nilai-nilai yang akan ditanamkan seorang guru yang berperan
sebagai pendidik dituntut untuk kreatif. Kreatif menemukan kemungkinan untuk
menawarkan nilai-nilai hidup keapada anak didik. Kreatif dan berinisiatif untuk
tekun mengelola perkembangan dan tuntutan yang ada tanpa meninggalkan inti
ajaran hidup. Hal ini berarti guru harus terus menerus belajar tentang makna
hidup itu sendiri
DAFTAR
PUSTAKA
Nurul Zuriah, 2008. Pendidikan Moral & Budi
Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Bumi Aksara. Jakarta.