A. Metode Ilmiah
Margono dikutip Rahma, dkk (2011:13) menjelaskan bahwa
metode ilmiah merupakan cara dalam memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Dan
dapat juga dikatakan bahwa metode ilmiah merupakan gabungan antara rasionalisme
dan empirisme. Cara-cara berpikir rasional dan empiris tersebut tercermin dalam
langkah-langkah yang terdapat dalam proses kegiatan ilmiah tersebut. Kerangka
dasar, prosedurnya dapat diuraikan atas langkah-langkah seperti berikut.
a. Penemuan atau penentuan masalah
Dalam kehidupan
sehari-hari, kita menghadapi berbagai masalah. Kesadaran mengenai masalah yang
kita temukan secara empiris tersebut menyebabkan kita mulai memikirkannya
secara rasional.
b. Perumusan kerangka masalah
Langkah ini
merupakan usaha untuk mendeskripsikan permasalahannya secara lebih jelas.
c. Pengajuan hipotesis
Hipotesis
adalah kerangka pemikiran sementara yang menjelaskan hubungan antara
unsur-unsur yang membentuk suatu kerangka permasalahan.
d. Deduksi hipotesis
Kadang-kadang, dalam menjembatani
permasalahan secara rasional dengan pembuktian secara empiris membutuhkan
langkah perantara.
e. Pengujian hipotesis
Langkah ini
merupakan usaha untuk mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan deduksi
hipotesis.
f. Keterbatasan dan keunggulan metode
ilmiah
a) Keterbatasan:
Semua
kesimpulan ilmiah atau kebenaran ilmu termasuk Ilmu Pengetahuan Alam bersifat
tentatif, yang artinya kesimpulan itu di anggap benar selama belum ada
kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan itu, sedangkan kesimpulan ilmiah
yang dapat menolak kesimpulan ilmiah yang terdahulu, menjadi kebenaran ilmu
yang baru. Keterbatasan lain dari metode ilmiah adalah tidak dapat menjangkau
untuk membuat kesimpulan yang bersangkutan dengan baik dan buruk atau sistem
nilai, tentang seni dan keindahan, dan juga tidak dapat menjangkau untuk
menguji adanya Tuhan.
b) Keunggulan:
Ilmu atau Ilmu
Pengetahuan Alam mempunyai ciri khas yaitu obyektif, metodik, sistematik, dan
berlaku umum. Dengan sifat-sifat tersebut, maka orang yang berkecimpung atau
selalu berhubungan dengan ilmu pengetahuan akan terbimbing sedemikian rupa
hingga padanya terkembangkan suatu sikap ilmiah.
B. Sikap Ilmiah
Menurut
Rosmini dikutip Purnama (2008:115), mengemukakan bahwa salah satu aspek tujuan
dalam mempelajari Ilmu Alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah, yang antara
lain
- Jujur
Melaporkan hasil pengamatan secara objektif. Dalam penelitian ilmiah ada hal-hal yang memaksa pada ilmuwan untuk jujur, kita sebut faktor kontrol. Faktor kotrol dibedakan menjadi dua yaitu internal dan eksternal. Seorang ilmuwan telah dilatih untuk memperhatikan kontrol internal dalam setiap penelitiannya, dengan ini faktor kebetulan disingkirkan. Kontrol eksternal ialah dalam hal ini ilmuwan lain akan mengulangi penelitian ilmuwan pertama dengan kondisi yang dibuat serupa dst. Karena itu laporan ilmuwan haruslah dibuat sejujur-jujurnya dan penelitian menjadi terbuka untuk pengulangan. - Terbuka, seorang ilmuwan harus mempunyai pandangan luas, terbuka, bebas dari praduga, tidak meremehkan gagasan baru dan mengujinya sebelum menerima atau menolaknya.
- Toleran : tidak merasa dirinya paling hebat dan tidak memaksakan suatu pendapat kepada orang lain.Skeptis : ilmuwan pencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui dan skeptis.
- Sikap skeptis perlu dikembangkan untuk menghindarkan menerima kesimpulan yang salah oleh karena itu setiap informasi perlu diuji, kebenarannya perlu dicek, informasi memerlukan verifikasi. Setelah bukti-bukti cukup baru boleh mengambil kesimpulan dan akhirnya memberikan keputusan.
- Optimis :ilmuwan harus berpengharapan baik dan tidak berpikiran bahwa sesuatu tidak dapat dikerjakan.
- Pemberani :berani melawan ketidakbenaran, penipuan, manipulasi data yang menghambat kemajuan.
a .
Mencintai
kebenaran yang obyektif, dan bersikap adil.
b .
Menyadari bahwa
kebenaran ilmu tidak absolut.
c .
Tidak percaya pada takhayul,
astrologi, maupun untung-untungan.
d .
Ingin tahu lebih banyak.
e .
Tidak berpikir secara prasangka.
f.
Tidak percaya
begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata.
g .
Optimis,
teliti, dan berani menyatakan kesimpulan yang menurut keyakinan ilmiahnya
adalah benar.
C. Kriteria
Ilmiah
Kriteria atau ukuran merupakan faktor
penting untuk menentukan benar tidaknya sesuatu masuk kedalam status tertentu.
Pengetahuan termasuk kategori ilmu jika memenuhi kriteria berikut : secara berurutan
(teratur), berobjek, bermetode, berlaku umum dan besistem.
Ilmu alamiah mempelajari semua alam
yang berada disekitar kita. Jadi benda-benda alam itulah objek Ilmu alamiah.
Sesuai dengan tujuan ilmu, ilmu alamiah ingin memperoleh kebenaran mengenai
objeknya. Kebenaran yang sedalam-dalamnya yang hendak dicakup oleh ilmu, karena
ilmuwan baru merasa puas jika ilmu yang diperolehnya sesuai dengan objek.
Persesuaian antara pengetahuan dengan objek yang diselidiki itulah yang disebut
kebenaran. Dengan metode yang tepat, ilmu akan mencapai kebenaran. Kebenaran
yang bersifat umum mengenai suatu objek walaupun hanya salah satu dari objek,
yang akan dicapai dengan metode ilmiah, dengan kebenaran itu telah dirumuskan
perlu diorganisasikan dan diklarifikasikan.
Pencarian ilmu pengetahuan ilmiah
(metode ilmiah) dilakukan berdasarkan pemikiran rasional, pengalaman empiris
(fakta), maupun referensi pengalaman sebelumnya. Cara untuk mendapatkannya
harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
a) Objektif,
pengetahuan itu harus sesuai objeknya.
b) Metodik,
pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur
dan terkontrol.
c) Sistimatis,
pengetahuan ilmiah yang tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga
keseluruhannya merupakan satu kesatuan yang utuh.
d)
Berlaku Umum,
pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseoramg atau
sekelompok orang, tetapi dengan pengalaman itu diperoleh hasil yang sama atau
konsisten.
Keseluruhan langkah ini harus ditempuh
agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah, lewat metode inilah nantinya akan
melahirkan ilmu-ilmu baru yang menjadi cikal bakal lahirnya ilmu alamiah modern terutama Ilmu Pengetahuan Alam (Tim UPT MPK Unsri, dikutip Hanzat,
dkk , 2010)
A. Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga dengan istilah
sains. Kata sains berasal dari bahasa Latin yaitu Scientia yang berarti “saya
tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata Science yang berarti “pengetahuan”. Science kemudian
berkembang menjadi sosial science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan
ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia
dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Dalam kamus Fowler (1951), natural
science didefinisikan sebagai : systematic
and formulated knowledge dealing with material phenomena and based mainly on
observation and induction (yang diartikan bahwa IPA didefinisikan sebagai:
pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam
yang bersifat kebendaan dab didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi).
IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan
tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan
penyelidikan ilmuan yang dilakukan dengan keterampilan
bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Defini ini memberi
pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan
pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam
hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasipenalaran
aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam.
Pengertian IPA menurut Trowbridge and Bybee (1990) sains atau IPA merupakan
representasi dari hubungan dinamis yang mencangkup tiga factor utama yaitu : The extant body of sicientific knowledge,
the values of science and the methods and processes of science, yang
artinya sains merupakan produk, dan proses serta mengandung nilai-nilai. Oleh
karena itu IPA juga harus di pandang sebagai cara berfikir untuk memahami alam,
sebagai cara untuk melakukan penyelidikan dan sebagai kumpulan pengetahuan.
Kerangka berfikir IPA adalah bahwa :
1 . Di alam ada pola yang konsisten dan berlaku
universal
2 . Suatu pengetahuan untuk menjelaskan fenomena
3 . Selalu berubah dan bukan kebenaran akhir
4 . Bersifat terbatas, tidak bisa menentukan mana yang
baik atau buruk
B. Metode
ilmiah sebagai Dasar IPA
Manusia sebagai makhluk hidup diberi akal budi oleh
Tuhan, dengan akal budi manusia timbul rasa ingin tahu yang selalu berkembang
dan tak pernah ada puasnya. Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan tanpa
batas menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia. Pengetahuan yang
diperoleh akhirnya tidak terbatas pada obyek-obyek yang dapat diamati dengan
panca indera saja, tetapu juga masalah lain yang berhubungan dengan baik atau
buruk, indah atau tidaknya, dan sebagainya. Manusia melalui panca indera yang
manusia miliki dapat menerima rangsangan dan memberikan tanggapan terhadap
semua rangsangan, termasuk gejala di alam semesta ini. Tanggapan gejala-gejala
atau peristiwa-peristiwa alam merupakan suatu pengalaman. Pengalaman tersebut
dari zaman ke zaman akan terakumulasi, karena manisia mempunyai rasa ingin
tahuterhadap segalanya di alam semesta ini. Perkembangan pengetahuan lebih
diperlancar lagi dengan adanya tukar menukar informasi mengenai pengetahuan dan
pengalaman manusia yang satu dengan yang lain sehingga akumulasi pengetahuan
berlangsung cepat.
C. Operasional
Metode Ilmiah
Ilmu alamiah adalah kegiatan manusia yang bersifat
aktif dan dinamis. Maksudnya adalah kegiatan manusia yang tiada henti dari
hasil percobaan yang akan menghasilkan konsep. Tujuan ilmu alamiah menurut para
ahli adalah mencari kebenaran tentang objeknya, dan kebenaran itu bersifat
relative. Metode ilmiah menggabungkan cara berfikir deduktif dan induktif. Cara
berfikir deduktif adalah cara berfikir dimana penarikan kesimpulan yang
bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum, dan cara berfikir deduktif
terkait dengan pengetahuan rasionalisme. Cara berfikir induktif adalah cara
berfikir yang menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari pernyataan khusus.
Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan penyataan-pernyataan
khusus.
Langkah-langkah metode ilmiah :
1. Perumusan masalah
Yang
dimaksud masalah itu adalah suatu pernyataan yang di awali dengan bertanya
tentang suatu obyek yang diteliti dan masalah ini harus jelas.
2. Penyusunan hipotesis
Yaitu
jawaban sementara materinya merupakan kesimpulan dari kerangka yang
dikembangkan.
3. Pengujian hipotesis
Yaitu
pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk
dapat memperlihatkan apakan fakta-fakta tersebut mendukung hipotesis atau
tidak.
4. Penarikan kesimpulan
Yaitu
didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta untuk melihat apakah
hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Hipotesis diterima bila fakta
yang terkumpul itu mendukung hipotesis tersebut.
D. Perkembangan IPA
Awal IPA dimulai pada saat manusia memperlihatkan
gejala-gejala alam, mencatatnya kemudian mempelajari. Pengetahuan yang
diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang
ada. Kemudian makin bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil
pemikirannya. Dengan peningkatan daya pikirnya, manusia akhirnya dapat
melakukan eksperimen maka lahirlah IPA sebagai ilmu yang mantap. Pengetahuan
yang terkumpul sejak zaman kuno sampai pertengahan sudah banyak tetapi belum
tersusun secara sistematis dan belum dianalisis menurut jalan pikiran tertentu.
Kesimpulan yang didapat, biasanya masih diwarnai oleh cara berpikir ahli
filsafat, agama, atau mistik. Setelah ditemukannya alat-alat yang makin
sempurna maka dikembangkanlah metode eksperimen. Setelah dikembangkannya metode
eksperimen ini pengetahuan berkembang dengan pesat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dimulai tanpa
pembedaan. Dilanjutkan menjadi IPA, IPS dan Budaya. Perkembangan yang semakin
pesat menyebabkan IPA diklasifikasikan menjadi berbagai disiplin ilmu,
dilanjutkan dengan sub-disiplin ilmu dan diteruskam menjadi bagian yang sangat
fokus. Sejalan dengan itu juga muncul ilmu multidisiplin baru sebagai lanjutan
dari munculnya fenomena baru yang tidak mungkin ditelaah hanya dari satu
disiplin ilmu saja.
METODE ILMIAH SEBAGAI DASAR IPA
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis yang didasarkan pada
penyelidikan dan interpretasi terhadap peristiwa-peristiwa atau gejala alam
melalui metode dan sikap ilmiah. Ilmu ini terus berkembang, bertambah luas, dan
mendalam sesuai dengan hasil-hasil penemuan dan penyelidikan baru, menyebabkan
timbulnya cabang-cabang ilmu yang dikenal sebagai: Fisika, Kimia, Biologi, dan
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA). Dalam perkembangannya, ternyata
banyak proses yang penjelasannya memerlukan bantuan dari dua atau lebih cabang
ilmu yang merupakan kombinasi dari cabang-cabang yang telah ada, seperti Kimia
Fisika, Biokimia, Biofisika, dan Geofisika. Pembagian IPA dalam berbagai cabang
tersebut sebenarnya untuk lebih mempermudah mempelajari alam seisinya dari
sudut pandang tertentu. Namun di luar dari pada itu, satu hal yang pasti, yakni
sasaran yang diselidiki, diuraikan, dan dibahas adalah satu, yaitu alam semesta
yang meliputi: asal mula alam semesta dengan segala isinya, termasuk proses,
mekanisme, sifat benda maupun peristiwa yang terjadi.
Rasa ingin tahu dan terbentuknya
ilmu pengetahuan
Beberapa binatang sudah mempunyai
otak, sehingga mempunyai daya piker namun terbatas pada insting (naluri) dan
upaya mempertahankan diri serta turunannya. Insting tersebut terutama ditujukan
untuk kelangsungan hidupnya seperti memperoleh makanan, perlindungan diri dan
perkembangbiakan. Aktivitas hewan tersebut ternyata tidak berubah dari masa ke
masa dan dinyatakan sebagai idle curiousity. Sedangkan manusia di samping
mempunyai naluri dan nurani, manusia juga memiliki nalari. Dengan nalari itu,
manusia menggunakan kemampuan otaknya untuk melakukan penalaran, pemikiran
logis dan analisis. Berlandaskan kemampuan tersebut maka pengetahuan yang
diperoleh saat ini merupakan dasar dari munculnya rasa ingin tahu manusia
tersebut selalu berkembang (curiousity). Dengan nurani, manusia selalu ingin
berbuat baik untuk dirinya dan lingkungannya.
Secara sederhana perkembangan rasa
ingin tahu dimulai dengan pertanyaan apa atau “what” tentang sesuatu, dan
dilanjutkan dengan pertanyaan bagaimana atau “how” dan mengapa atau “why”.
Sebagai contoh adalah perkembangan rasa ingin tahu anak-anak terhadap suatu benda,
maka pertanyaan yang diajukan oleh anak pada usia sekitar dua tahun adalah
“apa” nama benda tersebut, misalkan benda tersebut adalah pensil. Pertanyaan
selanjutnya yang akan muncul pada usia menjelang TK adalah “bagaimana”
menggunakannya. Setelah usianya lebih dewasa lagi, maka pertanyaan yang akan
muncul di benaknya adalah “mengapa” pensil dapat digunakan untuk menulis?
Dengan mendapatkan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan, maka
anak tersebut akan mendapatkan pengetahuan baru dan sekaligus rasa ingin
tahunya terjawabkan.
Adanya kemampuan berpikir pada
manusialah yang menyebabkan terus berkembangnya rasa ingin tahu tentang segala
yang ada di alam semesta. Pengetahuan yang diperoleh dari alam semesta ini
selanjutnya merupakan dasar dari pengembangan ilmu pengetahuan alam (IPA).
Dengan akal yang dimiliki manusia, semua pengetahuan dapat diturunkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Informasi yang dapat disimpan dan diajarkan
kepada generasi berikutnya, ditambah dengan pengetahuan yang diperoleh saat itu
maka informasi tentang pengetahuan ini akan terus bertambah dan berkembang dari
generasi ke generasi berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka
secara sederhana urutan perkembangan ilmu dimulai dari rasa ingin tahu terhadap
sesuatu maka dilakukan suatu pengamatan. Berdasarkan pengamatan berulangkali
diperoleh pengalaman. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang terus-menerus
diperoleh pengetahuan, semisal sifat dari benda yang diamati. Kumpulan
pengetahuan tentang sesuatu yang didapatkan secara sistematis dinyatakan ilmu
pengetahuan.
B.
Rumusan masalah
a. Bagaimana Perkembangan dan Pengembangan
Ilmu Pengetahuan Alam ?
b. Bagaimana Pengaruh Ilmu Pengetahuan Alam?
c. Bagaimana Peranan Ilmu Pengetahuan Alam?
C.
Tujuan
Sejak
dilahirkan di muka bumi ini, manusia bersentuhan dengan alam. Persentuhan
dengan alam menimbulkan pengalaman. Alam memberikan rangsangan kepada manusia
melalui pancaindra merupakan alat komunikasi antara alam dengan manusia yang
membuahkan pengalaman.
Manusia sebagai makhluk berpikir
dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi
disekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Hal ini
mendorong manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala gejala alam, baik alam
besar (makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos) serta memecahkan masalah
yang dihadapi.
Dengan adanya makalah ini diharapkan
dapat membantu para mahasiswa dan masyarakat dalam mengikuti perkembangan dan
pengembangn ilmu pengetahuan alam yang berkaitan dengan materi yang dikaji
dalam Ilmu Alamiah Dasar, sebagaimana yang kita ketahui ilmu alam tersebut
selalu mengalami perubahan atau perkembangan dari zaman ke zaman yang melahikan
ilmuan ilmuan baru seperti Ahli Astronomi, Ahli Kimia, Ahli Fisika.
D.
Metode Ilmiah
Manusia memiliki kecenderungan untuk
menanggapi rangsangan yang ada di sekitarnya, termasuk gajala-gejala di alam
semesta ini. Tanggapan terhadap gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang ada
ini di alam semesta ini akan menjadi sebuah pegalaman yang akan terus
berkembang karena rasa keingin tahuan manusia. Pengalaman-pengalaman inilah
yang nantinya menjadi pengetahuan dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Ilmu tentang alam merupakan kegiatan
manusia yang bersifat aktif dan dinamis. Artinya, hasil percobaan yang
dilakukan manusia akan menghasilkan suatu konsep yang mendorong dilakukannya
percobaan-percobaan berikutnya, karena ilmu alam bertujuan untuk mencari
kebenaran yang relatif dari suatu hal.
Tidak semua pengetahuan dapat
disebut ilmu, karena ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus
memenuhi syarat tertentu. Adapun syarat-syarat suatu pengetahuan dapat
dikatakan sebagai ilmu adalah sebagai berikut:
1.
Logis
Pengetahuan tersebut masuk akal dan sesuai dengan
kaidah-kaidah ilmu pengetahuan.
2.
Objektif
Pengetahuan yang didapat harus sesuai dengan objeknya dan
didukung oleh fakta empiris.
3.
Metodik
Pegetahuan diperoleh dengan cara-cara tertentu yang teratur,
dirancang, diamati, dan dikontrol.
4.
Sistematik
Pengetahuan disusun dalam satu sistem yang saling berkaitan
dan menjelaskan satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
5.
Universal
Pengetahuan berlaku untuk siapa saja dan di mana saja yaitu
dengan cara eksperimentasi yang sama akan diperoleh hasil yang sama.
6.
Komulatif
Berkembang dan tentatif, sesuai dengan khasanah ilmu
pengetahuan yang selalu bertambah dengan hadirnya ilmu pengetahuan yang baru.
Ilmu pengetahuan yang terbukti salah harus diganti dengan ilmu pengetahuan yang
benar.
Untuk mencapai kebenaran, yakni
persesuaian antara pengetahuan dan objeknya, tidaklah terjadi secara kebetulan,
tetapi harus menggunakan prosedur atau metode yang tepat, yaitu prosedur atau
metode ilmiah (scientific method) .Adapun Kelebihan dan kekurangan ilmu alamiah
ditentukan oleh metode ilmiah, maka pemecahan segala masalah yang tidak dapat
diterapkan metode ilmiah, tidaklah ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
METODE ILMIAH SEBAGAI DASAR IPA
Manusia memiliki kecenderungan untuk menanggapi rangsangan
yang ada di sekitarnya, termasuk gajala-gejala di alam semesta ini. Tanggapan
terhadap gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang ada ini di alam semesta ini
akan menjadi sebuah pegalaman yang akan terus berkembang karena rasa keingin
tahuan manusia. Pengalaman-pengalaman inilah yang nantinya menjadi pengetahuan
dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Ilmu tentang alam merupakan kegiatan manusia yang bersifat
aktif dan dinamis. Artinya, hasil percobaan yang dilakukan manusia akan
menghasilkan suatu konsep yang mendorong dilakukannya percobaan-percobaan
berikutnya, karena ilmu alam bertujuan untuk mencari kebenaran yang relatif
dari suatu hal.
Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, karena ilmu
merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat tertentu.
Adapun syarat-syarat suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu adalah
sebagai berikut:
1.
Logis
Pengetahuan
tersebut masuk akal dan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan.
2.
Objektif
Pengetahuan
yang didapat harus sesuai dengan objeknya dan didukung oleh fakta empiris.
3.
Metodik
Pegetahuan
diperoleh dengan cara-cara tertentu yang teratur, dirancang, diamati, dan
dikontrol.
4.
Sistematik
Pengetahuan
disusun dalam satu sistem yang saling berkaitan dan menjelaskan satu sama lain
sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
5.
Universal
Pengetahuan
berlaku untuk siapa saja dan di mana saja yaitu dengan cara eksperimentasi yang
sama akan diperoleh hasil yang sama.
6.
Komulatif
Berkembang
dan tentatif, sesuai dengan khasanah ilmu pengetahuan yang selalu bertambah
dengan hadirnya ilmu pengetahuan yang baru. Ilmu pengetahuan yang terbukti
salah harus diganti dengan ilmu pengetahuan yang benar
Untuk mencapai kebenaran, yakni persesuaian antara
pengetahuan dan objeknya, tidaklah terjadi secara kebetulan, tetapi harus
menggunakan prosedur atau metode yang tepat, yaitu prosedur atau metode ilmiah
(scientific method) .Adapun Kelebihan dan kekurangan ilmu alamiah ditentukan
oleh metode ilmiah, maka pemecahan segala masalah yang tidak dapat diterapkan
metode ilmiah, tidaklah ilmiah.
1.
Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan suatu cara yang digunakan oleh para
ilmuwan untuk memecahkan suatu permasalahan, serta menggunakan langkah-langkah
yang sistematis, teratur, dan terkontrol.
Metode Ilmiah, yaitu gabungan antara dua pendekatan
rasional(deduktif) dan pendekatan empiris (induktif). Metode Ilmiah, merupakan
cara dalam memperoleh pengetahuan secara ilmiah.Descartes adalah pelopor dan
tokoh rasionalisme. Menurut dia, rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala
pengertian. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang pada kebenaran dan
dapat memberi pimpinan dalam segala jalan pikiran.
Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif. Dasar pikiran
yang digunakan dalam penalarannya diperoleh dari ide yang menurut anggapannya
sudah jelas, tegas dan pasti, dalam pikiran manusia.Kelemahan rasionalise yaitu
bersifat abstrak, tidak dapat dievaluasi, kemungkinan dapat diperoleh
pengetahuan yang berbeda dari obyek yang sama, cenderung bersifat subyektif dan
solpsistik, yaitu hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang berbeda
dalam otak orang yang berfikir tersebut.
Kaum empirisme berpendapat bahwa pengetahuan manusia tidak
diperoleh lewat penalaran rasional yang abstrak, tetapi lewat pengalaman yang
konkrit, berpegang pada prinsip keserupaan, pada dasarnya alam adalah teratur,
gejala-gejala alam berlangsung dengan pola-pola tertentu. Dengan mengetahui
kejadian masa lalu atau sekarang akan dapat diramalkan kejadian di masa datang.
Kelemahannya belum tentu sistimatis, dan keterbatasan alat yang digunakan
(misal panca indera).
2.
Ciri Metode Ilmiah
Agar supaya himpunan pengetahuan ini dapat disebut ilmu
pengetahuan harus digunakan perpaduan antara rasionalisme (deduksi) dan
empirisme (induksi), yang dikenal sebagai metode keilmuan atau pendekatan
ilmiah.
Menurut
H. Abu Ahmadi dan A. Supatmo :
Ciri-ciri
metode ilmiah yaitu : obyektivitas (bebas keyakinan, perasaan dan prasangka
pribadi serta bersifat terbuka) , konsisten dan sistimatik
Menurut
Abdullah Aly dan Eny Rahma :
Ciri
ilmiah : obyektif, metodik, sistimatik dan berlaku umum
Menurut
Maskoeri Jasin :
Ciri
ilmiah : teratur, sistematis, berobyek, bermetode dan berlaku secara universal.
Kriteria
Sebuah Metode Ilmiah Yang Baik:
·
Berdasarkan fakta.
·
Bebas dari prasangka.
·
Menggunakan prinsip-prinsip
analisis.
·
Menggunakan ukuran objektif.
·
Menggunakan teknik kuantitatif.
3.
Langkah-langkah Operasional Metode
Ilmiah
a)
Perumusan masalah
yang
dimaksud dengan masalah yaitu pernyataan apa, mengapa, ataupun bagaimana
tentang obyek yang teliti. Masalah itu harus jelas batas-batasnya serta dikenal
faktorfaktor yang mempengaruhinya.
b)
Penyusunan hipotesis
yang
dimaksud hipotesis yaitu suatu pernyataan yang menunjukkan kemungkinan jawaban
untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, hipotesis
merupakan dugaan yang tentu saja didukung oleh pengetahuan yang ada. Hipotesis
juga dapat dipandang sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang harus
diuji ebenarannya dalam suatu obserevasi
atau eksperimentasi.
c)
Pengujian hipotesis
yaitu
berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah
diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung
hipotesis tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini dapat diperoleh melalui
pengamatan langsung dengan mata atau teleskop atau dapat juga melalui uji coba
atau eksperimentasi, kemudian fakta-fakta dikumpulkan melalui penginderaan.
d)
Penarikan kesimpulan
penarikan
kesimpulan ini didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta (data)
untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak.
Hipotesis itu dapat diterima bila
fakta yang terkumpul itu mendukung pernyataan hipotesis. Bila fakta tidak
mendukung maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima merupakan suatu
pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah, dan merupakan bagian
dari ilmu pengetahuan. .
perkembangan ilmu pengetahuan alam
yang senantiasa dikelilingi landasan ilmu.
Berdasarkan
urutan stratanya, ada tiga jenis landasan ilmu:
a.
Hipotesis, merupakan dugaan mengenai
masalah yang diambil dari pengetahuan yang telah ada.
b.
Teori, merupakan landasan ilmu yang
telah teruji kebenarannya, namun dimungkinkan adanya koreksi.
c.
Hukum/dalil, merupakan teori yang
terbukti kebenarannya melalui pengujian berkali-kali.
Keseluruhan langkah tersebut di atas harus ditempuh melalui
urutan yang teratur, langkah yang satu merupakan landasan bagilangkah
berikutnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan
pengetahuan yang disusun secara sistimatis, berlaku umum dan kebenarannya telah
teruji secara empiris.
4.
Keunggulan dan keterbatasan metode
ilmiah
Keunggulan metode ilmiah :
a) Metode ilmiah dapaat memberikan latihan dan kebiasaan
berpikir sistematis, logis,dan analitis
b) Menempuh sikap yang baik, jujur, obyektif terbuka, didiplin
dan toleran
c) Menolak paham takhayul dan pendapat apriori atu menolak
suatu pendapat tanpa adanya bukti nyata
Keterbatasan metode ilmiah :
a. Kelemahan dari panca indera
b. Keterbatasan dari alat yang
digunakan
c. Kebenarannya hanya bersifat
sementara (tentative)
d. Sulit memilih fakta yang benar benar
berkaitan dengan masalah yang akan dipecacahkan
e. Dua fakta yang tampak belum tentu
berkaitan menunjukkan hubungan sebab akibat.
B.
PERKEMBANGAN IPA
Awal dari IPA dimulai pada saat manusia memperhatikan
gejala-gejala alam, mencatatnya kemudian mempelajarinya. Pengetahuan yang
diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang
ada. Kemudian makin bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil
pemikirannya. Selanjutnya dari peningkatan kemampuan daya pikirnya manusia
mampu melakukan eksperimen untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari suatu
pengetahuan. Dari hasil eksperimen ini kemudian diperoleh pengetahuan yang
baru. Setelah manusia mempu memadukan kemampuan penalaran dengan eksperimen ini
lahirlah IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) sebagai suatu ilmu yang mantap.
1.
Sejarah Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Alam
Ø Zaman
kuno
Pengetahuan yang dikumpulkan pada zaman kuno berasal dari
kemampuan mengamati dan membeda-bedakan, serta dari hasil percobaan yang
sifatnya spekulatif atau trial and error. Semua pengetahuan yang diperoleh
diterima sebagaimana adanya, belum ada usaha untuk mencari asal-usul dan sebab
akibat dari segala sesuatu.
Pada saat manusia mulai memiliki kemampuan menulis membaca
dan berhitung maka pengetahuan yang terkumpul dicatat secara tertib dan
berlangsung terus menerus. Misalnya dari pengamatan dan pencatatan peredaran
matahari, ahli astronomi Babilonia menetapkan pembagian waktu, tahun dibagi
dalam 12 bulan, minggu dibagi dalam 7 hari dan hari dalam 24 jam. Selanjutnya
jam dibagi dalam 60 menit dan menit dalam 60 detik. Kemudian satuan enam puluh
ini juga digunakan untuk.
pengukuran sudut, 60 detik sama dengan 1 menit, 60 menit
sama dengan 1 derajad dan satu lingkaran penuh sama dengan 360o.
Demikian pula ahli Babilonia dapat meramalkan terjadinya
gerhana matahari, tiap 18 tahun tambah 10 atau 11 hari. Ini terjadi kira-kira
3000 SM.
Pada tahun 2980-2950 SM telah dapat dibangun piramid di
Mesir untuk menghormati dewa agar tidak terjadi bahaya banjir di sungai Nil.
Pembangunan piramid itu menunjukkan bahwa pengetahuan teknik bangunan dan
matematika khususnya geometri dan aritmatika telah maju. Kurang lebih tahun
1.600 SM orang mesir telah menghitung keliling lingkaran sama dengan tiga kali
garis tengahnya sedang luas lingkaran sama dengan seperdua belas kuadrat
kelilingnya.
Ø Zaman
Yunani Kuno
Perkembangan ilmu pengetahuan berkembang pesat sekali pada
zaman Yunani, disebabkan oleh kemampuan berpikir rasional dari bangsa Yunani.
Pada tahap ini manusia tidak hanya menerima pengetahuan sebagaimana adanya
tetapi secara spekulatif mencoba mencari jawab tentang asal-usul dan sebab-akibat
dari segala sesuatu.
a) Thales (624-548 SM)
Ahli filsafat dan matematika, pelopor dari segala cabang
ilmu. Ia dianggap orang pertama yang mempertanyakan dasar dari alam dan segala
isinya. Thales berpendapat bahwa pangkal segala sesuatu adalah air: dari air
asal segala sesuatu, kepada air pula ia akan kembali. Disamping itu dia juga
menyatakan bahwa bintang mengeluarkan cahaya sendiri, sedangkan bulan menerima
cahaya dari matahari.
b) Anaximenes (588-526 SM)
Berpendapat bahwa zat dasar adalah udara. Segala zat terjadi
dari udara yang merapat dan merenggang. Pendapat ini mungkin dihubungkan dengan
kenyataan bahwa manusia itu tergantung kepada pernafasan.
c) Anaximander (610-546 SM)
Berpendapat langit dengan segala isinya itu mengelilingi
bumi dan sebenarnya langit yang nampak itu hanya separohnya
d) ]Heraklitos (535-475 SM)
Menyatakan bahwa api adalah asal segala sesuatu, sebab api
ini yang menggerakkan sesuatu, menghidupkan alam semesta, yang berubah-ubah
sifatnya didalam proses yang kekal. Yang kekal hanyalah perubahan, segala
sesuatu adalah mengalir.
e) Pythagoras (580-499 SM)
Mengemukakan 4 unsur dasar yaitu bumi, air, udara, dan api.
Dalam bidang matematika menemukan dalil yang terkenal yaitu bahwa kuadrat
panjang sisi miring sebuah segi tiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat
panjang kedua sisi sikusikunya.
f) Empedokles (495-435 SM)
Menerima 4 unsur dasar menurut Pythagoras dan menyatakan
bahwa sifat segala benda terjadi dari pencampuran keempat unsur itu dalam
perbandingan yang berbeda. Keempat unsur itu adalah sifat panas, dingin, basah
dan kering. Kering dan dingin membentuk bumi, panas dan kering unsur pembentuk
api. Air dari basah dan dingin, udara dari basah dan panas. Selain itu juga
dinyatakan bahwa segala benda yang sejenis akan tarik menarik, sedang yang berlawanan akan tolak menolak.
g) Leukippos dan Demokritos (460-370
SM)
Dalam mencari unsur dasar dari segala sesuatu Leukippos
& Demokritos mengemukakan teori atom sebagai berikut : Zat memiliki bangun
butir. Segala zat terdiri atas atom, yang tidak dapat dibagi, tak dapat
dimusnahkan tak dapat diubah. Atom-atom dapat berbeda dalam jumlah dan susunan
atom. Semua perubahan akibat dari penggabungan dan penguraian atom menurut
hukum sebab akibat. Tidak ada masalah kebetulan dan ciptaan. Yang ada hanyalah
atom dan kehampaan.
h) Plato (427-345 SM)
Menyangkal
teori atom, yang menganggap bahwa kebaikan dan keindahan itu timbul dari
sebab-akibat mekanik. Plato menyatakan bahwa pengetahuan yang benar adalah yang
sejak semula telah ada dalam alam pikiran atau alam ide. Apa yang nampak oleh
pancaindera hanyalah bayangan belaka. Pengalaman yang kekal dan benar adalah
yang telah dibawa oleh roh dari alam yang gaib.
i)
Aristoteles (384-322 SM)
Menerima 4
unsur dasar: tanah, udara, air dan api dan menambahkan unsur yang kelima yaitu
eter atau "quint essentia". Ia menganggap unsur yang satu dapat
berubah menjadi unsure yang lain, kecuali eter yang tak dapat berubah. Dari air
dan tanah yang menjadi masak terjadi garam, biji dan logam. Emas adalah logam
yang tidak mengandung tanah. Logam perak, tembaga, timah putih dan besi, pada
dasarnya banyak mengandung tanah. Semua logam akan mengalami proses memasak
menjadi logam mulia, yaitu emas. Pendapat bahwa unsur berubah menjadi unsur
lain inilah yang menjadi dasar dari alkimia untuk mengubah logam biasa menjadi
emas. Pendapat Aristoteles yang lain adalah bahwa untuk mencari pengetahuan
yang benar adalah dengan jalan pikiran secara deduktif. Berbeda dengan Plato,
Aristoteles menyangkal bahwa pengetahuan yang benar itu berasal dari dunia yang
gaib. Melainkan menghargai pengetahuan yang diperoleh dan dibuktikan dengan
pancaindera.
j)
Ptolomeus (127-151)
Berpendapat
bahwa bumi sebagai pusat jagat raya, bintang dan matahari mengelilingi bumi
(geosentrisme). Planet beredar melalui orbitnya sendiri dan terletak antara
bumi dan bintang. Karya Ptolomeus ditulis sekitar tahun 150 dan diberi nama
Syntaxis, yang kemudian oleh bangsa Arab dinamakan Almagest yang menjadi
ensiklopedia dalam ilmu perbintangan. Pendapat dan pandangan dari Aristoteles
serta Ptolomeus berpengaruh sangat lama sampai dengan menjelang zaman
modern, yaitu sampai zaman Galileo, Geosentrisme diganti dengan
heliosentris (matahari sebagai pusat jagat raya).
Ø Zaman PertengahaZaman Alkimia (abad 1-2)
Ahli
alkimia menerima pendapat empat buah unsur dan bahkan menambahkan tiga lagi,
yaitu: air raksa, belerang dan garam. Disini pengertian usur lebih dimaksudkan
sebagai sifatnya daripada unsur itu
Ø Zaman Modern, Timbulnya Ilmu
Pengetahuan Alam
Pengetahuan
yang terkumpul sejak zaman Yunani sampai abad pertengahan sudah banyak tetapi
belum sistimatis dan belum dianalisis menurut jalan pikiran tertentu. Biasanya
pemikiran diwarnai cara berpikir filsafat, agama atau bahkan mistik. Setelah
alat sempurna dikembangkan metode eksperimen.
1. Roger Bacon (1214-1294)
2. Leonardo da Vinci (1452-1519)
3. Francis Bacon (1561-1626)
4. Nicolas Copernicus (1473-1543)
5. Johannes Keppler (1571-1630)
6. Galileo Galilei (1546-1642)
2. Peranan
Ilmu Pengetahuan Alam
Nana
Syaodih S. (1997: 67) menyatakan bahwa sebenarnya sejak dahulu teknologi sudah
ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Kalau manusia pada zaman dulu
memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya
mereka sudah menggunakan teknologi, yaitu teknologi sederhana.
Terkait
dengan teknologi, Anglin mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu
perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan menyistem untuk
memecahkan masalah. Ahli lain, Kast & Rosenweig menyatakan Technology is
the art of utilizing scientific knowledge. Sedangkan Iskandar Alisyahbana
(1980:1) merumuskan lebih jelas dan lengkap tentang definisi teknologi yaitu
cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan
akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh
anggota tubuh, panca indera, dan otak manusia.
Menurut
Iskandar Alisyahbana (1980) Teknologi telah dikenal manusia sejak jutaan tahun
yang lalu karena dorongan untuk hidup yang lebih nyaman, lebih makmur dan lebih
sejahtera. Jadi sejak awal peradaban sebenarnya telah ada teknologi, meskipun
istilah “teknologi belum digunakan. Istilah “teknologi” berasal dari “techne “
atau cara dan “logos” atau pengetahuan. Jadi secara harfiah teknologi dapat
diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi sendiri menurutnya
adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan
akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat
lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia.
Sedangkan
menurut Jaques Ellul (1967: 1967 xxv) memberi arti teknologi sebagai”
keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi
dalam setiap bidang kegiatan manusia”Pengertian teknologi secara umum adalah:
b. Dalam
Perikebutuhan Manusia
Ilmu dalam
bidang IPA dan pemanfaatannya dapat kita bedakan dalam IPA dasar atau murni,
IPA terapan, dan teknologi. IPA dasar, IPA terapan, dan teknologi mengkaji
bahan pokok yang sama, yaitu alam. Perbedaan ketiganya terletak pada aspek yang
dikajinya. Menurut Amor et al. (1988) ilmuwan IPA dasar mencoba untuk memahami
bagaimana alam bekerja. Sedangkan ilmuwan IPA terapan mencoba mencari cara
untuk mengendalikan cara alam bekerja. Ahli teknologi memanfaatkan penemuan IPA
dasar dan IPA terapan untuk membuat alat guna mengendalikan cara alam bekerja.
Menurut White & Frederiksen (2000) IPA dapat dipandang sebagai proses untuk
membentuk hukum, model, dan teori yang memungkinkan orang untuk memprediksi,
menjelaskan, dan mengendalikan tingkah laku alam.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
IPA berkembang dengan sangat pesatnya sejalan dengan sifat
manusia yang mempunyai rasa ingin tahu atau curiousity yang juga selalu
berkembang (dinamis). Dengan sifat ini, dalam benak manusia selalu bertanya
karena keingintahuannya: apa sesungguhnya (what), bagaimana sesuatu terjadi
(how), dan mengapa demikian (why).
Adanya kemampuan berpikir pada manusia tersebut yang
menyebabkan terus berkembangnya rasa ingin tahu tentang segala yang ada di alam
semesta. Pengetahuan yang diperoleh dari alam semesta ini selanjutnya merupakan
dasar perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Ilmu ini terus berkembang, bertambah luas dan mendalam
sesuai dengan hasil-hasil penemuan dan penyelidikan baru, menyebabkan timbulnya
cabang-cabang ilmu yang dikenal sebagai: Fisika, Kimia, Biologi, dan Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA).
Ilmu pengetahuan diperoleh melalui
prosedur yang telah ditentukan, yaitu melalui cara yang disebut metode ilmiah.
Adapun langkah-langkah operasional metode ilmiah –secara singkat– adalah
sebagai berikut:
DAFTAR PUSAKA
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/20/peranan-ilmu-pengetahuan-alam-dan-teknologi-dalam-memenuhi-kebutuhan-kehidupan-manusia/
http://harisbanjarmasin.blogspot.com/2011/11/iad-manusi-berpikir-dari-zaman-dulu.html
http://khairinnisaedogawa.blogspot.com/2011/07/iad-perkembangan-dan-pengembangan-ilmu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar