BAB I
PENDAHULUAN
Kedudukan akal dan wahyu
dalam Islam menempati posisi yang sangat terhormat, melebihi agama-agama
lain. karena Akal dan wahyu adalah suatu yang sangat urgen untuk manusia,
dialah yang memberikan perbedaan manusia untuk mencapai derajat ketaqwaan
kepada sang kholiq, akal pun harus dibina dengan ilmu-ilmu sehingga mnghasilkan
budi pekrti yang sangat mulia yang menjadi dasar sumber kehidupan dan juga
tujuan dari baginda rasulullah SAW. Tidak hanaya itu dengan akal juga
manusia bisa menjadi ciptaan pilihan yang allah amanatkan untuk menjadi
pemimpin di muka bumi ini, begitu juga dengan wahyu yang dimana wahyu adalah pemberian
allah yang sangat luar biasa untuk membimbing manusia pada jalan yang lurus.
Namun dalam menggunakan akal terbatas akan
hal-hal bersifat tauhid, karena ketauhitan sang pencipta tak akan terukur dalam
menemukan titik ahir, begitu pula dengan wahyu sang Esa, karena wahyu diberikan
kepada orang-orang terpilih dan semata-mata untuk menunjukkan kebesaran Allah.
Maka dalam menangani anatara wahyu dana akal harus slalu mengingat bahwa semua
itu karna allah semata. Dan tidak akan terjadi jika allah tak mengijinkannya.
Hal tersebut dilakukan untuk mencegah kemusyrikan terhadap allah karena
kesombongannya.
BAB II
RUMUSAN MAKALAH
1) Wahyu
2) Akal
3) Kedudukan Wahyu
Dan Akal Dalam Islam
BAB III
PEMBAHASAN
A. Wahyu
a.
Pengertian Wahyu
Kata wahyu berasal
dari kata arab الوحي, dan al-wahy adalah kata asli Arab dan bukan pinjaman dari
bahasa asing, yang berarti suara, api, dan kecepatan.[1] Dan ketika Al-Wahyu berbentuk masdar memiliki dua arti
yaitu tersembunyi dan cepat. oleh sebab itu wahyu sering disebut sebuah
pemberitahuan tersembunyi dan cepat kepada seseorang yang terpilih tanpa
seorangpun yang mengetahuinya. Sedangkan ketika berbentuk maf’ul wahyu Allah
terhada Nabi-NabiNYA ini sering disebut Kalam Allah yang diberikan kepada Nabi.[2]
Menurut Muhammad
Abduh dalam Risalatut Tauhid berpendapat bahwa wahyu adalah pengetahuan yang di
dapatkan oleh seseorang dalam dirinya sendiri disertai keyakinan bahwa semua
itu datang dari Allah SWT, baik melalui pelantara maupun tanpa pelantara. Baik
menjelma seperti suara yang masuk dalam telinga ataupun lainya.
Wahyu berfungsi memberi informasi bagi
manusia. Yang dimaksut memberi informasi disini yaitu wahyu memberi tahu
manusia, bagaimana cara berterima kasih kepada tuhan, menyempurnakan akal
tentang mana yang baik dan yang buruk, serta menjelaskan perincian upah dan
hukuman yang akan di terima manusia di akhirat.
Sebenarnya wahyu secara tidak langsung adalah
senjata yang diberikan allah kepada nabi-nabiNYA untuk melindungi diri dan
pengikutnya dari ancaman orang-orang yang tak menyukai keberadaanya. Dan
sebagai bukti bahwa beliau adalah utusan sang pencipta yaitu Allah SWT.
Memang sulit
saat ini membuktikan jika wahyu memiliki kekuatan, tetapi kita tidak mampu
mengelak sejarah wahyu ada, oleh karna itu wahyu diyakini memiliki kekuatan
karena beberapa faktor antara lain:
1) Wahyu ada karena ijin dari Allah, atau wahyu
ada karena pemberian Allah.
2) Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu
Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3) Membuat suatu keyakinan pada diri manusia.
4) Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati
tentang adanya alam ghaib.
5) Wahyu turun melalui para ucapan nabi-nabi.
B. Akal
a. Pengertian Akal
Kata akal sudah menjadi kata Indonesia, berasal
dari kata Arab al-‘Aql (العـقـل), yang dalam bentuk kata benda.[3] Al-Qur’an
hanya membawa bentuk kata kerjanya ‘aqaluuh (عـقـلوه) dalam 1 ayat, ta’qiluun (تعـقـلون)
24 ayat, na’qil (نعـقـل) 1 ayat, ya’qiluha (يعـقـلها) 1 ayat dan ya’qiluun (يعـقـلون) 22 ayat,
kata-kata itu datang dalam arti faham dan mengerti. Maka dapat diambil arti
bahwa akal adalah peralatan manusia yang memiliki fungsi untuk membedakan yang
salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuanya sangat luas.
Dalam pemahaman Prof. Izutzu, kata ‘aql di
zaman jahiliyyah dipakai dalam arti kecerdasan praktis (practical intelligence)
yang dalam istilah psikologi modern disebut kecakapan memecahkan masalah
(problem-solving capacity). Orang berakal, menurut pendapatnya adalah orang
yang mempunyai kecakapan untuk menyelesaikan masalah. Bagaimana pun kata ‘aqala
mengandung arti mengerti, memahami dan berfikir. Sedangkan Muhammad Abduh
berpendapat bahwa akal adalah: sutu daya yang hanya dimiliki manusia dan oleh karena
itu dialah yang memperbedakan manusia dari mahluk lain.
b.
Fungsi Akal
Akal banyak memiliki fungsi dalam kehidupan,
antara lain:
1. Sebagai tolak ukur akan kebenaran dan
kebatilan.
2. Sebagai alat untuk menemukan solusi ketika permasalahan
datang.
3. Sebagai alat untuk mencerna berbagai hal dan
cara tingkah laku yang benar.
Dan masih banyak lagi
fungsi akal, karena hakikat dari akal adalah sebagai mesin penggerak dalam
tubuh yang mengatur dalam berbagai hal yang akan dilakukan setiap manusia yang
akan meninjau baik, buruk dan akibatnya dari hal yang akan dikerjakan tersebut.
Dan Akal adalah
jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna kalau tidak
didasarkan akal iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat dan
akalah yang menjadi sumber keyakinan pada tuhan.
c.
Kekuatan Akal
Tak seperti
wahyu, kekuatan akal lebih terlihat jelas dan mudah dimengerti, seperti contoh:
1) Mengetahui tuhan dan sifat-sifatnya.
2) Mengetahui adanya hidup akhirat.
3) Mengetahui bahwa kebahagian jiwa di akhirat
bergantung pada mengenal tuhan dan berbuat baik, sedang kesngsaran tergantung
pada tidak mengenal tuhan dan pada perbuatan jahat.
4) Mengetahui wajibnya manusia mengenal tuhan.
5) Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan
wajibnya ia mnjauhi perbuatan jahat untuk kebahagiannya di akhirat.
6) Membuat hukum-hukum mengnai kwajiban-kwajiban
itu.
C. Kedudukan Wahyu Dan Akal Dalam Islam
Kedudukan antara wahyu dalam islam sama-sama penting. Karena islam tak
akan terlihat sempurna jika tak ada wahyu maupun akal. Dan kedua hal ini sangat
berpengaruh dalam segala hal dalam islam. Dapat dilihat dalam hukum islam,
antar wahyu dan akal ibarat penyeimbang. Andai ketika hukum islam berbicara
yang identik dengan wahyu, maka akal akan segerah menerima dan mengambil
kesimpulan bahwa hal tersebut sesuai akan suatu tindakan yang terkena hukum
tersebut.karena sesungguhnya akal dan wahyu itu memiliki kesamaan yang
diberikan Allah namun kalau wahyu hanya orang-orang tertentu yang mendapatkanya
tanpa seorangpun yang mengetahu, dan akal adalah hadiah terindah bagi setiap
manusia yang diberikan Allah.
Dalam Islam,
akal memiliki posisi yang sangat mulia. Meski demikian bukan berartiakal diberi
kebebasan tanpa batas dalam memahami agama. Islam memiliki aturan untuk menempatkan akal sebagaimana mestinya.
Bagaimanapun, akal yang sehat akan selalucocok dengan syariat islam
dalam permasalahan apapun. Dan Wahyu baik
berupa Al-qur’an dan Hadits bersumber dari Allah SWT, pribadi NabiMuhammad SAW yang menyampaikan wahyu ini,
memainkan peranan yang sangat penting dalam turunnya wahyu. Wahyu mmerupakan perintah yang berlaku umum atas
seluruh umat manusia, tanpamengenal ruang dan waktu, baik perintah itu disampaikan
dalam bentuk umum ataukhusus.Apa yang
dibawa oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal, bahkan ia sejalan
dengan prinsip-prinsip akal. Wahyu itu
merupakan satu kesatuan yang lengkap, tidak terpisah-pisah.Wahyu itu menegakkan hukum menurut kategori
perbuatan manusia. baik perintah maupun larangan. Sesungguhnya wahyu yang berupa al-qur’an dan as-sunnah turun secara
berangsur-angsur dalam rentang waktu yang cukup panjang.[4]
Namun tidak selalu
mendukung antara wahyu dan akal, karena seiring perkembangan zaman akal yang
semestinya mempercayai wahyu adalah sebuah anugrah dari Allah terhadap orang
yang terpilih, terkadang mempertanyakan keaslian wahyu tersebut. Apakah wahyu
itu benar dari Allah ataukah hanya pemikiran seseorang yang beranggapan smua
itu wahyu. Seperti pendapat Abu Jabbar bahwa akal tak dapat mengetahui
bahwa upah untuk suatu perbuatan baik lebih besar dari pada upah yang
ditentukan untuk suatu perbuatan baik lain, demikian pula akal tak mengetahui
bahwa hkuman untuk suatu perbuatan buruk lebih besar dari hukuman untuk suatu
perbuatan buruk yang lain. Semua itu hanya dapat diketahui dengan perantaraan
wahyu. Al-Jubbai berkata wahyulah yang menjelaskan perincian hukuman dan upah
yang akan diperoleh manusia di akhira
Karena Masalah akal dan wahyu dalam
pemikiran kalam sering dibicarakan dalam konteks, yang manakah diantara kedua
akal dan wahyu itu yang menjadi sumbr pengetahuan manusia tentang tuhan,
tentang kewajiban manusia berterima kasih kepada tuhan, tentang apa yang baik
dan yang buruk, serta tentang kewajiban menjalankan yang baik dan menghindari
yang buruk. Maka para aliran islam memiliki pendapat sendiri-sendiri antra
lain:[5]
I. Aliran
Mu’tazilah sebagai penganut pemikiran kalam tradisional, berpendapat bahwa akal
mmpunyai kemampuan mengetahui empat konsep tersebut.
II. Sementara itu
aliran Maturidiyah Samarkand yang juga termasuk pemikiran kalam tradisional,
mengatakan juga kecuali kewajiban menjalankan yang baik dan yang buruk akan
mempunyai kemampuan mengetahui ketiga hal tersebut.
III.
Sebaliknya
aliran Asy’ariyah, sebagai penganut pemikiran kalam tradisional juga
berpendapat bahwa akal hanya mampu mengetahui tuhan sedangkan tiga hal lainnya,
yakni kewajiban berterima kasih kepada tuhan, baik dan buruk serta kewajiban
melaksanakan yang baik dan menghindari yang jahat diketahui manusia berdasarkan
wahyu.
IV. Sementara itu
aliran maturidiah Bukhara yang juga digolongkan kedalam pemikiran kalam
tradisional berpendapat bahwa dua dari keempat hal tersebut yakni mengetahui
tuhan dan mengetahui yang baik dan buruk dapat diketahui dngan akal, sedangkan
dua hal lainnya yakni kewajiaban berterima kasih kepada tuhan serta kewajiban
melaksanakan yang baik serta meninggalkan yang buruk hanya dapat diketahui
dengan wahyu.
Adapun ayat-ayat yang dijadikan dalil oleh
paham Maturidiyah Samarkand dan mu’tazilah, dan terlebih lagi untuk menguatkan
pendapat mereka adalah surat as-sajdah, surat al-ghosiyah ayat 17 dan surat
al-a’rof ayat 185. Di samping itu, buku ushul fiqih berbicara tentang siapa
yang menjadi hakim atau pembuat hukum sebelum bi’sah atau nabi diutus,
menjelaskan bahwa Mu’tazilah berpendapat pembuat hukum adalah akal manusia
sendiri. dan untuk memperkuat pendapat mereka dipergunakan dalil al-Qur’an
surat Hud ayat 24.Sementara itu aliran kalam tradisional mngambil beberapa ayat
Al-qur’an sebagai dalil dalam rangka memperkuat pendapat yang mereka bawa .
ayat-ayat tersebut adalah ayat 15 surat al-isro, ayat 134 surat Taha, ayat 164
surat An-Nisa dan ayat 18 surat Al-Mulk.
Dalam
menangani hal tersebut banyak beberapa tokoh dengan pendapatnya memaparkan
hal-hal yang berhubungan antara wahyu dan akal. Seperti Harun Nasution
menggugat masalah dalam berfikir yang dinilainya sebagai kemunduran umat islam
dalam sejarah. Menurut beliau yang diperlukan adalah suatu upaya untuk
merasionalisasi pemahaman umat islam yang dinilai dogmatis tersebut, yang
menyebabkan kemunduran umat islam karena kurang mengoptimalkan potensi
akal yang dimiliki. bagi Harun Nasution agama dan wahyu pada hakikatnya hanya
dasar saja dan tugas akal yang akan menjelaskan dan memahami agama tersebut.
Islam dan Ilmu Pengetahuan
null
Krisis nuklir Iran hingga kini belum
berakhir, Barat dengan didalangi AS menekan agar Iran tidak mengembangkan
teknologi nuklirnya karena membahayakan perdamaian dunia. Inilah standar ganda
AS, satu sisi membiarkan Israel mengembangkan nuklirnya dan mengancam
negara-negara Arab dan Timur Tengah, sisi lain menekan Iran untuk tidak
memiliki nuklir. Sebetulnya perdamaian apa yang dimaksudkan AS?, tentu saja
perdamaian untuk dirinya dan sekutu-sekutunya.
Belum lagi, lemahnya penguasaan kaum
muslimin terhadap sains dan teknologi, sehingga kita menjadi konsumen terbesar
dari produk kapitalis Barat. Hal ini tentu disengaja oleh mereka agar
negeri-negeri Islam selalu tertinggal dalam menguasai sains dan teknologi,
sehingga kita selalu tergantung kepada mereka dan tidak pernah bisa mandiri.
Kita bisa saksikan lemahnya kekuatan TNI ketika AS memboikot persenjataan
militer, karena TNI di anggap melanggar HAM dalam beberapa kasus di tanah air.
Kita tidak akan membahas krisis
nuklir Iran dan ketergantungan sains dan teknologi ini, tetapi kita akan fokus
kepada sumbangsih Islam terhadap kemajuan sains dan teknologi Barat khususnya
dan dunia umumnya. Bahkan beberapa pengamat Barat sendiri menyatakan bahwa
tanpa Islam maka Barat tidak akan mengalami kemajuan hebat dalam sains dan
teknologi seperti saat ini (Making of Humanity, Robert Briffault). Lihat 4,
hal 69-72
Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan
Islam sangat menghargai ilmu
pengetahuan, Al-Quran menganjurkan manusia agar menggunakan akalnya sehingga
bertambah keimanannya dan maju dalam kehidupannya. Tidak ada pertentangan
antara Al-Quran dan ilmu pengetahuan, bahkan penemuan-penemuan baru memperkuat
kemu’jizatan Al-Quran.
Kalau sekiranya Al-Qur’an itu bukan
dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak didalamnya
(An-Nisa’ 82).
Bertolak belakang dengan Injil
(bible) yang sering bertentangan dengan ilmu pengetahuan, gereja bahkan
menghukum mati ilmuwan seperti Galileo yang mendukung teori Helisentris dari
Copernicus bahwa matahari pusat tata surya. Sebaliknya, gereja mempertahankan
teori geosentris bahwa bumi pusat tata surya. Lihat 4, hal 5 Inilah
masa kegelapan Eropa yan terjadi sebelum abad ke 18 M. Al-Quran adalah wahyu
Allah dan tidak ada pertentangan didalamnya, sedangkan injil yang di tulis
60-70 tahun setelah kematian Yesus telah dipengaruhi oleh campur tangan para
pengikutnya dan bisa di revisi kapan saja dikehendakinya.
Salah satu bukti ilmiah Al-Quran
adalah adanya batas yang jelas antara air tawar dan air asin (laut), meskipun
keduanya bercampur. Hasil penelitian ilmuwan, pertemuan antara air tawar dengan
air asin (laut) tidak akan menyebabkan percampuran keduanya karena adanya efek
listrik dan magnetik yang saling berlawanan sehingga terciptanya sekat di
bagian tengah kedua perairan tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Alah swt:
Dia membiarkan dua lautan mengalir
yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui
oleh masing-masing (Ar-Rahman 19-20). Lihat
1, hal 41
Belum lagi penemuan ilmiah di
bidang: matematik, optik, astronomi, geologi, biologi, farmasi, kedokteran dan
lain-lain, yang semuanya tidak ada pertentangan dengan Al-Quran, padahal
Al-Quran diturunkan 1.400 tahun yang lalu.
Islam memberikan kesempatan kepada
akal manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan seluas-luasnya, selama tidak
bertentangan dengan syari’at. Landasan yang digunakan adalah ketika para
sahabat gagal panen kurma karena mengikuti anjuran Rasulullah saw dengan
menggoyang-goyangkan pohon kurma. Rasulullah saw bersabda: “Antum a’lamu
biumuridunyaakum” (Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian-HR
Muslim). Sedangkan yang berhubungan dengan hadharah (budaya/peradaban) maka
harus terikat dengan syari’at, seperti hukum-hukum yang berhubungan dengan
aqidah, ibadah, mu’amalah, ‘uqubat dan lain-lain. Sehingga teknologi automotive
misalnya tidak terkait dengan agama seseorang, kita bisa saja mengembangkan
teknologi yang sudah ada di AS atau Jepang karena ini murni sains dan
teknologi. Sedangkan budaya (hadharah) berpakaian adalah sesuatu yang terikat
dengan Islam dan harus mengacu kepada syari’at Islam, dilarang (diharamkan)
kaum muslimin meniru budaya berpakaian ala Barat yang membuka aurat.
Ahli dan Penemu Islam Di Berbagai
Bidang
Di zaman keemasan kekhilafahan Islam
ilmu pengetahuan berkembang demikian pesatnya, untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan para Khalifah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian.
Salah satunya Khalifah Harun Al-Rasyid (169-194 H) yang mendirikan sekolah
farmasi dan kimia.
Dengan kondisi seperti itu maka
bermunculan para ahli dan penemu di berbagai bidang, antara lain: Ibnu Sina
ahli kedokteran dan matematika; Jabir Ibnu Hayyan ahli kimia dan kedokteran
(penemu teori sulfur merkuri dari logam); Al-Kindi seorang ahli fisika,
astronomi dan optik; Al-Baitar ahli botani (tumbuh-tumbuhan) dan farmasi;
Muhammad, Ahmad dan Hasan tiga serangkai di bidang teknik dan mekanik; Ibnu
Hazen ahli optik, fisika dan matematik; Al-Qirafi ahli optik; Khuwarizmi ahli
matematika, astronomi dan geografi (penemu logaritma); Abul Wafa ahli
triginometri (penemu sinus dalam bangun segi tiga) dan sederetan panjang para
ahli muslim di berbagai bidang. Bahkan Thomas Alfa Edison bukanlah penemu
listrik, karena listrik telah ditemukan terlebih dahulu oleh Al-Jazzar. Penemuan
kertas dengan bubur kayu berasal dari Islam abad 10 M, dimana sebelumnya China
hanya membuat kertas dari kepompong ulat sutera. Lihat 2, hal 12; lihat
juga 3, hal 63-64
Barat Belajar dari Islam
Para pelajar barat (terutama Eropa)
berburu ilmu ke negeri-negeri Islam seperti Barcelona, Toledo, Cordova,
Baghdad, Kairo, Damaskus, Mosul, Teheran dan lain-lain, untuk itu mereka harus
menguasai bahasa Arab terlebih dahulu. Mereka juga menerjemahkan buku-buku
bahasa Arab ke dalam bahasa mereka agar mampu mengembangkan ilmu pengetahuan
sejajar dengan Islam. Diantaranya Sylvester yang belajar ke Spanyol, kemudian
hari menjadi Paus Sylvester II (abad 10 M), Frederich II penguasa Italia yang
akhirnya menjadi Kaisar di Jerman. Lihat 3, hal 61-63
Nama-nama yang diberikan oleh Barat
terhadap ahli-ahli muslim di berbagai bidang mungkin aneh di telinga kita dan
kita menyangka bahwa mereka para ahli Barat yang beragama Kristen. Nama-nama
mereka antara lain Avicena, Geber, Rezhes, Abulcassis, Haly Rodoam, Averroes,
Albetinius dan lain-lain, padahal mereka adalah para ahli muslim. Ibnu Sina
menjadi Avicena, Jabir Ibnu Hayyan menjadi Geber, Abul Qosim Zahrawi menjadi
Abulcassis, Ar-Rozi menjadi Rezhes, Ibnu Rusyd menjadi Averroes atau Al-Battani
menjadi Abetinius Lihat 4, hal 21; lihat juga 3, hal 67
Pemutarbalikkan fakta kemajuan ilmu
pengetahuan Islam tidak cukup dengan mengganti nama-nama Islam di atas, tetapi
istilah-istilah Islam juga digantikan dengan istilah Barat sehingga mengaburkan
bahwa penemuan itu berasal dari Islam. Istilah-istilah itu antara lain Algebra
(Al-Jabr), Algorithm (Al-Khuwarizmi), Average (Awariya), Cipher/Zero (Sifr),
Zenith (Janit), Alchemiy/Chemistry (Al-Kimiya), Antimony (Antimun), Zircon
(Azraq), Admiral (Amir al-Bahr), Adobe (Al-Tub), Alkali (Al-Qali), Cable
(Habl), Calibre (Qalaba), Camel (Jamal), Canon (Qanun), Checkmate (Shah Mat),
Coffe (Qahwa), Cotton (Qutun), Earth (Ardh), Hazard (Al-Zahr), Jasmine
(Yasmin), Lemon (Limun), Magazine (Makhazin), Orange (Naranj), Rice (Ruzz),
Sugar (Sukkar), Cornea (Qarnia), Pancreas (Bankras) dan lain-lain. Lihat
4, hal 80-84
Kejayaan Islam Akan Kembali
Negara Islam pernah menjadi adi daya
(super power) dengan menguasai dunia yang membentang seluruh negara Arab dan
Timur Tengah (Saudi Arabia, Suriah Palestina, Yordania, Libanon, Yaman, Mesir,
dll.), Persia (Iran), Mesopotamia (Iraq), Kaukasus, Afrika (Al-Jazair, Maroko,
Tunisia, Libya, Nigeria, Somalia, Sudan, dll.), Spanyol (Andalusia),
Semenanjung Balkan (Bulgaria, Rumania, Albania, Moldovia, Hungaria, Polandia),
Perancis (Tuolouse, Narbonne, Perpigna, Lyon), Kepulauan Sisilia (Italia),
Yunani, Bizantium (Turki), Asia Tengah (India, Pakistan). Lihat 5, hal 56,
78-84
Negara Islam juga menjadi ahli dan
penemu di berbagai bidang sains dan teknologi, dengan semua fakta dan data di
atas maka bukan mustahil umat Islam akan kembali bangkit menjadi adi daya dan
menguasai dunia. Tentu saja, ketika umat Islam kembali kepada Al-Quran dan
as-sunnah, bukannya malah mencampakkannya. Karena ketika Al-Quran dan as-sunnah
tidak dijadikan sebagai aturan kehidupan ini maka umat Islam terpuruk, terhina
dan terkebalakang seperti saat ini.
Wallahua’lam
Maraji’:
1. Ensiklopedia ilmiah dalam Al-Quran dan sunnah, DR. Abdul
Basith Al-Jamal dan DR. Daliya Shiddiq Al-Jamal, Pustaka Al-Kautsar, cet. I,
April 2003.
2. Pemuda muslim pembebek ataukah pemimpin?, Abdul Hamid
Jassat, Pustaka Thariqul Izzah, cet. I, 2003
3. Refleksi sejarah terhadap dakwah masa kini, DR. Abdurrahman
Al-Baghdady, Al-Azhar Press, cet. I, Februari 2002
4. Warisan peradaban Islam, Shahih Al-Kutb, Pustaka Thariqul
Izzah, cet. I, 2002
5. Jihad dan kebijakan kuar negeri Daulah Khilafah, Pustaka
Thariqul Izah, cet. I, September 2003
Kewajiban
Menuntut Ilmu Dalam ISLAM
DASAR
HUKUM MENUNTUT ILMU.
1. Sebagai seorang Muslim tentunya
kita tidak asing hadits dari Rasullulah SAW yang berbunyi :
‘MENUNTUT
ILMU ITU HUKUMNYA WAJIB BAGI SETIAP MUSLIM LAKI-LAKI DAN MUSLIM PEREMPUAN,
WAKTUNYA ADALAH DARI BUAIAN IBU (BAYI), SAMPAI MASUK LIANG KUBUR” Hadits dari Rasul SAW yang sangat jelas sekali perintahnya,
bahwa dalam Islam menuntut ilmu hukumnya adalah WAJIB yang artinya
adalah, jika dikerjakan dan dilaksanakan kita akan mendapat PAHALA, jika
diabaikan, disepelekan/tidak dilaksanakan kita akan mendapat DOSA.
Jadi permasalahan yang mendesak
sekarang adalah, jika kita mengaku sebagai seorang Muslim, marilah mumpung kita
masih diberi kesempatan hidup oleh ALLAH SWT, segeralah dan jangan
ditunda-tunda lagi untuk menuntut ilmu agama Islam yang benar, benar dalam artian
yang sesuai dengan Al-qur`an dan Hadits Shahih dari Rasullulah SAW, agar kita
memperoleh petunjuk dan kebenaran dalam Islam yang diturunkan oleh ALLAH SWT
melalui Rasulnya Muhammad SAW, sehingga kita dasar dalam beragama Islam tidak
hanya menduga-duga atau berprasangka saja. Kita boleh berhenti menuntut ilmu,
hanya jika kita sudah masuk liang kubur / MATI, jika kita sudah mati sudah
tidak ada kewajiban lagi untuk menuntut ilmu. Jadi jika kita masih hidup,
alangkah ironi dan naïf nya , jika kita mengaku sebagai seorang Muslim, tapi
giliran ada yang mengajak untuk menuntut ilmu agama Islam tentang hukum-hukum
ALLAH lewat kajian Al-qur`an dan Hadits Shahih merasa enggan dan berat sekali,
dan banyak sekali alasan-alasan yang dilontarkan, seakan-akan mau hidup
selamanya.
Subhanallah, sebelum terlambat
marilah koreksi diri kita dan tanyakan dalam hati kita, jika kita sudah tahu
bahwa menuntut ilmu dalam Islam hukumnya adalah wajib, dan ketika ada
kesempatan dan ada orang yang mengajak untuk menuntut ilmu, kemudian kita
menunda-nundanya bahkan menolaknya, sekarang pertanyaan besarnya adalah,
“Masihkah pantaskah kita dihadapan ALLAH SWT, disebut sebagai seorang Muslim…
2.
Dasar hukum menuntut ilmu yang kedua adalah dalam Surat Al-Ashr, yang berbunyi
sbb : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat
menasehati Supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran”. Ingatlah ALLAH SWT telah bersumpah dalam surat ini dengan
masa / waktu yang didalamnya terjadi peristiwa yang baik dan yang buruk,
bersumpah bahwa setiap manusia didunia ini, baik itu orang Islam atau di luar
Islam pasti akan mengalami kerugian, kecuali yang memiliki 4 (empat hal) yaitu
1.
Iman, 2. Amal Shaleh, 3. Saling menasehati supaya mentaati kebenaran, 4. Saling
menasehati supaya menetapi kesabaran.
Melihat empat hal diatas, jika kita
sebagai seorang Muslim mau beruntung dan terlepas dari kerugian, maka mau tidak
mau, suka atau tidak suka kita harus :
Agar mempunyai Iman, maka kita harus
:
- Memaksanya untuk bersungguh sungguh, mempelajari agama Islam yang benar dengan jalan menuntut ilmu dimana kita tidak akan memperoleh kebahagiaan didunia maupun akhirat kecuali dengan petunjuk agama Islam yang benar, karena Iman hanya bisa kita capai dengan belajar dan menuntut ilmu.
- Memaksanya untuk bersungguh sungguh mengamalkannya untuk diri kita dalam kehidupan sehari-hari& setelah kita mengetahui ilmu yang kita pelajari.
- Memaksanya untuk bersungguh-sungguh mendakwahkan dan menyampaikan serta mengajarkan kepada yang belum mengetahuinya (walaupun Cuma satu ayat), dan janganlah kita takut jika ada rintangan seperti ditolak, dimusuhi dan lain sebagainya, karena perintah yang keempat adalah,
- Memaksanya untuk bersungguh-sungguh bersabar terhadap kesukaran dan gangguan manusia dalam menyampaikan hukum-hukum ALLAH lewat Al-qur`an, dan hanya mengharap Ridho ALLAH SWT saja.
Jadi
jika seseorang yang mempunyai akal dan pikiran yang cerdas dan sensitive, mendengar
atau membaca surat Al-Ashr` ini, pasti akan berusaha untuk menyelamatkan diri
dari kerugian, dengan berusaha memiliki dan melaksanakan ke empat tahapan yang
diperintahkan dalam Surat Al-Ashr`.
Tunggu
apa lagi, selagi kita masih diberi kesempatan hidup, segeralah dan jangan
ditunda-tunda lagi, untuk menuntut ilmu agar jika kita mati, tidak dalam
golongan orang yang mengalami kerugian. Alangkah sayangnya jika kematian telah
mendatangi kita, kita masih belum menjalankan satu pun tahapan dalam surat Al-Ashr,
apakah kita mau jika kelak di alam kubur / barzah keadaannya gelap gulita,
padahal disanalah kita menunggu entah berapa juta tahun lagi, hari kebangkitan
seperti yang dijanjikan ALLAH, Marilah sebelum malaikat maut benar-benar
menghampiri kita, laksanakanlah dulu perintah ALLAH yang pertama dalam Surat
Al-Ashr`, yaitu belajar untuk menuntut ilmu agama Islam yang benar, benar
artinya sesuai dengan Al-qur`an dan Sunnah atau Hadits shahih dari Rasullulah
SAW, karena seperti kata pepatah, kesempatan baik itu jarang sekali yang datang
dua kali, dan semoga kelak jika kita mati, akan termasuk dalam golongan
orang-orang Muslim yang beruntung, Amin
PINJAMAN THERESA
BalasHapusKami saat ini menyediakan pinjaman untuk taruhan Asia Tengah, Amerika, dunia liar
negara, dll. @ 2% Suku Bunga tanpa PENGENDALIAN KREDIT dari USD5000, hingga miliaran dolar selama 12-144 Bulan.
Remunerasi Pinjaman kami dimulai dalam 3 bulan setelah penerima menerima pinjaman pada hari persetujuan dan kami menawarkan variasi
pinjaman, termasuk:
* Konsolidasi hutang
* Pinjaman Bisnis
* Pinjaman pribadi
* Kredit Pemilikan Rumah
* Kredit Pembiayaan Mobil
✔. Daftar hitam bisa berlaku
✔. TANPA CHECK KREDIT
✔. Tinjauan hutang atau perintah pengadilan mungkin berlaku
✔.ETC dapat diterapkan.
Pinjaman Tunai Theresa Perusahaan ini adalah a
film pinjaman terdaftar dan resmi dan kami menawarkan pinjaman kepada semua warga yang masuk daftar hitam, TANPA PERIKSA KREDIT.
Ajukan sekarang dengan nomor ponsel Anda, nomor ID, nama lengkap, jumlah pinjaman dan periode pinjaman ke Email
: Theresaloancompany@gmail.com nomor kantor ++ 12817208403
Untuk kejelasan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi kami atau WhatsApp (+12817208403).
Salam Hormat,
Ada
Pengiklan Pinjaman (Pr),
Pinjaman theresa 📩