Revolusi
Perancis adalah masa dalam sejarah Perancis antara
tahun 1789 dan 1799 di mana para demokrat dan
pendukung republikanisme menjatuhkan monarki
absolut di Perancis
dan memaksa Gereja Katolik Roma menjalani restrukturisasi
yang radikal.
Meski
Perancis kemudian akan berganti sistem antara republik, kekaisaran,
dan monarki
selama 1 bulan setelah Republik Pertama
Perancis jatuh dalam kudeta yang dilakukan oleh Napoleon Bonaparte, revolusi ini dengan jelas
mengakhiri ancien régime (bahasa
Indonesia: Rezim Lama; merujuk kepada kekuasaan dinasti seperti Valois dan Bourbon) dan
menjadi lebih penting daripada revolusi-revolusi berikutnya yang terjadi di
Perancis.
I.2 DAMPAK REVOLUSI
PERANCIS BAGI DUNIA
A.
Penghapusan Feodalisme
Dihapuskannya
feodalisme menyebabkan tidak ada lagi golongan-golongan masyarakat dengan hak
dan kewajiban yang berada.
B. Berkembangnya Ide Supermasi Hukum
UUD merupakan kekuasaan tertinggi.
Pada masa
pemerintahan Raja Louis XVI dan pemerintah sebelumnya. Hukum yang berlaku di
Perancis diberlakukan sama pada setiap orang dan daerah, karena adanya hak-hak
istimewa dan tradisi yang berbeda diseragamkan pada setiap orang dan daerah
untuk itu Napoleon menyusun kitab UUD yang disebut Code Civil yang kemudian
menjadi Code Napoleon.
- Munculnya Ide Pemerintahan Republik Dianggap kurang tepat karena pergantian kekuasaan secara turun temurun tidak menjamin kualitas seorang kepala negara. Oleh karena itu perlu dibentuk pemerintah republik dengan kepala negara dipilih langsung oleh rakyat.
- Berkembangnya Paham Demokrasi. Paham ini mumcul sebagai dampak dari pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia, terutama kebebasan dan persaman hak antar manusia.
C. Menyebarkan Paham Liberalisme.
Ketika
Napoleon berkuasa, ia menjadi penyebar terbesar paham Liberalisme. Hampir seluruh
Eropa dan wilayah lain diluar Eropa berhasil ditaklukkan, Napoleon mendirikan
pemerintahan yang liberal.
D. Meluasnya Paham Nasionalisme.
Liberte,
Egalite, Fraternite adalah semboyan Revolusi Prancia yang artinya Kebebasan,
Persamaan, dan Persaudaraan. Semboyan ini menggambarkan semagat nasionalisme
rakyat Perancis untuk bersatu.
E. Timbulnya Ide tentang Aksi
Revolusioner.
Keberhasilan
Revolusi Perancis dalam menumbangkan kekuasaan Raja yang sewenang-wenang, telah
menyakinkan rakyat bahwa apabila terjadi ketidakadilan rakyat sewaktu-waktu
dapat beraksi secara revolusioner.
I.3 DAMPAK REVOLUSI
PERANCIS BAGI INDONESIA
A.
Munculnya Paham Nasionalisme
Paham
Nasionalisme berasal dari Eropa Barat, kemudian menyebar ke seluruh Eropa pada
abad ke-19 dan abad ke-20 merupakan paham yang penting dalam mendasari
pergerakan nasional di berbagai negara di Asia dan Afrika. Nasionalieme di
Asia-Afrika, termasuk di Indonesia disebabkan oleh penindasan yang dilakukan
oleh negara-negara imperialis Barat. Pelaksanaan politik etis telah memberikan
kesempatan pendidikan kepada penduduk bumiputra, walaupun dalam lingkup yang
terbatas. Adanya pendidikan telah mendorong munculnya golongan baru yaitu
golongan terpelajar yang menjadi pelopor pergerakan nasional. Pada awal
pergerakan nasional muncul beberapa organisasi dengan sifat yang berbeda. Boedi
Oetomo lebih bersifat organisasi budaya, Sarikat Islam bersifat sosial ekonomi
dan religius, sedangkan Indische Partij bersifat politis. Namu ketiga
organisasi tersebut memiliki kesamaan, yaitu bersifat nasionalis yamg bertujuan
untuk mengangkat harkat dan martabat bangsanya menuju kemerdekaan kelak. Dalam
rangka merayakan Kemerdekaan Belanda ke-100 dari penjajahan Perancis
dibentuklah sebuah komite yang dikenal sebagai “Komite Bumiputera” di Bandung.
Komite ini dibentuk dengan maksud hendak mengirimkan telegram kepada Ratu
Belanda yang isinya permintaan agar dibentuk Majelis Perwakilan Rakyat Sejati
dan ketegasan adanya kebebasan berpendapat di daerah jajahan. Salah seorang
pemimpin komite ini, Soewardi Soeyaningrat menulis sebuah sindiran yang
berjudul “Als ik een Nederlander was…” yang isinya mengajak penduduk
bumiputera untuk merayakan hari kemerdekaannya. Dari artikel tersebut dapat
disimpulkan bahwa bangsa Indonesia sudah memendam rasa nasionalisme yang sangat
dalam.
1) Pembentukan Volksraad
Pada kongres
Boedi Oetomo tanggal 5 dan 6 Agustus 1915, telah ditetapkan usulan perlunya
dibentuk wajib militer bagi kalangan kaum pribumi. Selanjutnya komite Indie
Weerbar pada tanggal 23 juli 1916 telah memutuskan bahwa pembentukan
kekuatan militer baik laut maupun darat dari kalangan bumiputera mendesak agar
mempertahankan diri dari serangan yang berasal dari luar. Dwidjosewoyo sebagai
wakil Boedi Oetomo berhasil mengadakan pendekatan dengan
pemimpin-pemimpin terkemuka Belanda. Walaupun misi tidak berhasil meloloskan
usulan tentang pembentukan wajib militer, namun sebagai gantinya pemerintah
Belanda akan membentuk Volksraad yang disahkan pada bulan Desember
1916.
2) Tuntutan Indonesia Berparlemen
Parlemen
merupakan suatu badan yang harus ada pada negara yang berdasarkan asas-asas
demokarasi seperti yng diperjuangkan oleh rakyat Perancis, khususnya
Montesquieu. Pada tanggal 21 Mei 1939 berhasil dibentuk badan kerja sama antar
partai-partai politik di dalam Volksraad yang disebut gabungan politik
Indonesia (GAPI) yang dipimpin oleh Mohammad Hoesni Thamrin di dalam Konferensi
pertama GAPI dengan semboyannya “Indonesia Berparlemen”. Momentum untuk
menyampaikan gagasan itu muncul ketika meletusnya Perang Dunia II pada tanggal
20 September 1939. GAPI menyampaikan gagasannya yang dikenal dengan ‘Manifestasi
GAPI’ yang isinya antara lain mengajak Indonesia dan Belanda untuk bekerja sama
menghadapi bahaya fasisme. GAPI sendiri juga mengadakan rapat-rapat umum yang
mencapi puncaknya pada 12 Desember 1939, tidak kurang 100 tempat mengadakan
rapat umum untuk mempropagandakan seruan “Indonesia Berparlemen” kemudian
dibentuklah Comite Parlemen Indonesia untuk mempertegas sikap GAPI tersebut.
Pada bulan Agustus 1940, Negeri Belanda sudah dikuasai oleh Jerman, sementara
itu Indonesia dinyatakan dalam keadaan darurat perang. GAPI kembali
mengutarakan usulannya agar Volksraad diganti dengan parlemen sejati. Tuntutan
itu dikirim kepada Gubernur Jenderal, Volksraad, Ratu Wilhelmina dan Kabinet
Belanda yang dipindahkan ke London. Namun perjuangan yang sangat gigih dari
GAPI itu hanya ditanggapi dengan pembentukan komisi Visman.
I.4 Akibat Dari Revolusi
Perancis
A.
Dibidang Politik
Peristiwa Revolusi tersebut menyadarkan rakyat
akan pentingnya memperjuangkan sebuah kebebasan, menentang kekuasaan asing yang
menindas rakyat, serta mampu memunculkan sebuah sikap nasionalime dalam membela
dan mempertahankan negara demi terbentuknya negara yang berdasarkan kedaulatan
rakyat.
B.
Dibidang Ekonomi
Terjandinya penghapusan pemungutan pajak yang
dilakukan oleh kaum bangsawan dan pendeta. Pembayaran pajak hanya
diserahkan kepada negara demi kemajuan bangsa. Rakyatpun berhak memiliki lahan.
Berkembangnya berbagai industri di Eropa,
kehidupan perdagangan beralih ke pantai pedalaman dan menjalankan politik
Kontinental ( adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri adanya berbagai
ketentuan-ketentuan hukum dimodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan
ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Filosofi sistem hukum
Eropa Kontinental tampak pada sifat-sifatnya yang represif, yang senantiasa
cenderung melindungi yang berkuasa. Hal ini bisa dimaklumi karena yang berkuasa
(waktu itu) adalah kolonial Belanda yang jelas ingin mempertahankan dan
mengokohkan kekuasaannya melalui berbagai undang-undang atau sistem hukumnya.)
C. Di Bidang Sosial
Munculnya Golongan buruh, petani, dan kaum Kapitalis (adalah sebuah sistem ekonomi
yg filsafat sosial dan politiknya didasarkan kepada azas pengembangan
hak milik pribadi dan
pemeliharaannya serta perluasan paham kebebasan)
I.5 Peristiwa Revolusi
Perancis
Klimaks dari kesemena-menaan raja
adalah terjadinya peritiwa Revolusi Perancis yang diatandai dengan penyerangan
terhadap penjara Bastille14 juli 1789 ( adalah sebuah kastil yang dibangun pada
tahun 1370 yang menjadi bagian dalam melindungi kota Paris dan pada abad ke-17
baru dipergunakan sebagai penjara untuk mengurung para pemberontak raja seperti
Lelaki bertopeng Emas, dll. Bahkan penjara ini merupakan lambang dari kekuasaan
dan kesewenang-weangan raja Louis. )
Semboyan dari Revolusi Perancis adalah:
► Libertie – kebebasan
► Egalite – persamaan
►Fraternity- persaudaraan
Selanjutnya bentuk pemerintahan kerajaan Perancis diubah menjadi Republik dan
dipimpin oleh pemerintahan Terror atau Regin Of Terror (Suatu sistem
pemerintahan dengan cara diktator. ) Tahun 1795 bentuk pemerintahan Regin Of Terror digantikan
dengan Directorie ( 1795-1799 ) , namun belum
bisa mengatasi kekacauan-kekacaun yang terjadi di Paris.
Dalam keadaan negara Perancis yang carut-marut ini munculah seorang seorang
Jendral muda yang bernama Napoleon Bonaparte. Beliau mampu menyelamatkan kota
Paris dari kekacauan, pergolakan, dan peperangan. Keberhasilan beliau mampu
mengangkat namanya terkenal dan mendapat kepercayaan dari rakyat Perancis
untuik memimpin serta mengangkatnya sebagai Konsul Republik Perancis tahun
1799.
1.6 KEADAAN PRANCIS PASCA REVOLUSI
A. Akhir Pemerintahan Louis XIV
Melihat gelora revolusi semakin dahsyat, raja beserta
keluarganya melarikan diri namun berhasil ditangkap di Verennes pada tanggal 21
Juni 1791. raja dipaksa menandatangani konstitusi sehingga Prancis menjadi
Negara berundang-undang dasar (monarki konstitusional).
Raja-raja di Eropa takut bila revolusi Prancis akan
berpengaruh pada Negara-negara mereka. Karena itu mereka berusaha memulihkan
kekuasaan Louis XIV dan terjadilah perang pada 20 April 1792 yang berhasil
mengalahkan rakyat Prancis.
Setelah rakyat mengetahui keterlibatan Louis XIV dan
istrinya dalam perang tersebut, mereka dianggap sebagai pengkhianant bangsa.
Raja pun ditangkap dan dihukum mati dengan pisau Guillotin pada 21 Januari
1793, sementara Antoinette dieksekusi pada bulan Oktober di tahun yang sama.
Guillotin adalah alat/pisau pemenggal kepala yang sangat tajam, digunakan untuk
menghukum mati para penjahat masa itu, diciptakan oleh seorang dokter hewan, Fr,Yoseph Ignoce Guillotin.
I.7
SEBAB KHUSUS TERJADINYA REVOLUSI PRANCIS
Sebab khusus terjadinya
Revolusi Prancis adalah adanya krisis keuangan.
Kehidupan raja dan para bangsawan istana serta permaisuri Louis XVI, yakni Maria Antoinette (terkenal dengan sebutan Madame deficit) yang hidup penuh dengan kemewahan dan kemegahan. Di samping itu, adanya warisan hutang dari Raja Louis XIV dan Louis XV menjadikan hutang negara makin menumpuk.
Kehidupan raja dan para bangsawan istana serta permaisuri Louis XVI, yakni Maria Antoinette (terkenal dengan sebutan Madame deficit) yang hidup penuh dengan kemewahan dan kemegahan. Di samping itu, adanya warisan hutang dari Raja Louis XIV dan Louis XV menjadikan hutang negara makin menumpuk.
2.I
REVOLUSI AMERIKA
Perang
Revolusi Amerika (1775–1783)—juga
dikenal sebagai Perang Kemerdekaan Amerika—adalah sebuah perang
yang terjadi antara Britania Raya
dan para pendukung revolusi dari 13 koloni
Britania di Amerika Utara.
Ke-13 koloni itu adalah koloni New Hampshire,
koloni Massachusetts,
koloni Rhode Island,
koloni Connecticut, koloni New
York,
koloni New Jersey, koloni Pennsylvania, koloni Delaware,
koloni Maryland,
koloni Virginia,
koloni North Carolina,
koloni South Carolina,
dan koloni Georgia.
Perang yang kemudian meluas ke luar Amerika Utara Britania (British North
America) ini berakhir dengan dihapuskannya kekuasaan Britania terhadap
ketiga belas koloni tersebut dan dibentuknya negara Amerika Serikat.
Istilah
Perang Revolusi atau Revolusi Amerika juga sering digunakan untuk
merujuk pada peristiwa ini—meski yang terakhir juga termasuk perkembangan
politik dan sosial sebelum dan sesudah perang tersebut. Latar Belakang
terjadinya disebabkan karena Perang Tujuh Tahun
antara Britania Raya dan Perancis (1756-1763) memperebutkan Quebec
yang dimenangkan oleh Britania.
Pada
tahun 1765 M. Inggris menerapkan berbagai undang-undang yang sangat memberatkan
koloni-koloni seperti Stamp Act (bea materai), Townshend Act (pajak impor) dan
Tea act (pajak teh). Para koloni menentang semboyan mereka adalah “no taxation
without representation” (tak ada pajak tanpa perwakilan) para koloni menuntuk
agar mereka mempunyai perwakilan di parlemen Inggris.Kelompok penentang yang
paling radikal adalah Sons of Liberty pimpnan Samuel Adams. Pada tahun 1773
mereka meletupkan aksi “The Boston Tea Party” yang menjadi pemicu terjadinya
perang kemerdekaan Amerika.
Pada
saat perang berlangsung, para politusu Amerika dari 13 koloni mengadakan
pertemuan dan membicarakan masa depan Amerika. Oleh Thomas Jefferson pernyataan
kemerdekaan itu diberi nama “Declaration Of Independence”. Declaration of
Independence ditandatangani 56 politisu dari 13 koloni dan dibacakan pada
tanggal 4 Juli 1776 di Philadelphia. Deklarasi tersebut secara tegas menyatakan
pemisahan diri. Koloni-koloni Amerika dari Inggris dan Menjunjung tinggi
hak-hak dasar manusia.
2.2 Pembentukan
Koloni di Amerika
Sebenarnya pembentukan koloni telah dimulai oleh Columbus
pada pelayaran kedua tahun 1493, yaitu dengan mendirikan perkampungan di
Hispaniola (Haiti). Namun, perkampulan itu terebengkalai akibat terjadinya
pembangkangan para awak kapal.
Selanjutnya pembentukan koloni di Amerika Utara dirintis
oleh Jaques Cartier. Ia mendirikan perkampungan di Quebec tahun 1541,
dekat perkemahan suku Ironquis. Koloni berikutnya adalah koloni Roanoke
yang didirikan Sir Walter Raleigh tahun1587. Kedua koloni tersebut tidak
dapat dipertahankan, akibat terjadi perselisihan dengan suku Ironquis.
Sejak kegagalan pendirian koloni di Amerika Utara itu,
bangsa Eropa meragukan apakah Benua Amerika layak untuk dihuni. Dalam kondisi
keraguan itu, di Inggris bermunculan kongsi dagang yang berniat mendirikan
koloni di Amerika. Mereka tertarik oleh kekayaan alam di Amerika Utara, yang
menurut mereka sangat menguntungkan bagi investasi (penanaman modal). Melihat
hal itu, Parlemen Inggris memberikan hak penuh kepada kongsi dagang yang ingin
menanamkan modal dan membentuk koloni. Koloni Perancis meliputi daerah dari
aliran sungai Missisipi di sebelah selatan dan anak sungainya sampai dengan
Kanada. Sementara Inggris menguasai daerah yang berbatasan dengan lautan
Atlantik di sebelah timur dan pegunungan Alleghary di sebelah barat. Koloni
Inggris di utara berbatasan dengan koloni Perancis dan sebelah selatan
berbatasan dengan koloni Spanyol (di Florida). Koloni di Amerika yang dirintis
oleh para kongsi dagang dimulai dari sebelah timur. Adapun koloni-koloni yang
berdiri sebelum Revolusi Amerika adalahsebagai berikut.
- Virginia
Koloni ini didirikan pada tahun 1607
oleh kongsi dagang Inggris bernama Virginia Bay Company. Nama Virginia
diambil sebagai penghormatan kepada Ratu Elizabeth I, yang berjulukan Virgin
Queen. Gubernur pertama Virginia adalah Sir Thomas Dale. Ia
memerintah seperti militer. Gubernur berikutnya adalah Sir Goerge Yeardley.
Pada masa pemerintahannya didirikan dewan perwakilan dengan nama House of
Burgesses. Tahun 1624, pemerintah Inggris mengambil alih Virginia, setelah
koloni itu dilanda berbagai masalah dari tahun 1619 sampai dengan 1624. Masalah
itu diantaranya adalah bangkrutnya Virginia Company, epidemi, serangan suku
Indian, dan masalah sosial akibat aksi protes atas pemberlakuan pajak.
- Maryland
Tahun 1632 di sebelah utara
Virginia, Lord Baltimore, mendirikan koloni bernama Maryland.
Nama tersebut diambil dari nama Ratu Perancis bernama Henrietta Maria.
Sejak awal berdirinya koloni ini berkembang pesat. Keluarga Baltimore menduduki
posisi penting dalam pemerintahan, karena koloni ini dikelola oleh perusahaan
pereseorangan. Posisi penting tersebut berakhir sampai tahun 1715, setelah
terjadi perubahan kekuasaan di Kerajaan Inggris. Sejak tahun itu pula, Maryland
diambil alih oleh pemerintah Inggris. Meskipun demikian, keluarga Baltimore
tetap memiliki hak istimewa.
- New England
Koloni ini dirintis oleh William
Bradford sebagai pemimpin kelompok pelarian gereja Anglican Inggris.
Nama koloni pada awalnya Plymouth. Dalam perkembangannya koloni ini
secara bertahap mengalami perkembangan dalam bidang ekonomi. Sedangkan keadaan
politik cenderung stabil setelah terjadi perjanjian damai antara sesama kaum
kolonis ataupun antara kaum kolonis dan suku Indian. Nama koloni Plymouth
berubah setelah diambil alih oleh Massachusets Bay Company. Nama koloni
baru itu adalah New England yang diusulkan oleh Kapten John Smith
sebagai penghormatan terhadap dewan New England di Inggris yang telah
memberikan izin pada kongsi tersebut untuk menanampkan usaha di Amerika Utara.
- New York
Pada awalnya koloni ini bernama Nieuw Amsterdam,
sesuai dengan perintisnya, yaitu kongsi dagang Belanda 1624. Pada tahun 1664
diambil alih oleh Inggris dan namanya diganti dengan mana New York. Nama
itu diambil sesuai dengan nama Duke of York yang berkuasa di Inggris
dengan gelar James II.
- Pennsylvania
Koloni ini merupakan pengembangan dari koloni New York.
William Penn merupakan perintis terbentuknya koloni ini. Penn mengembangkan
semangat liberal di koloni in. Hal itu disebabkan karena ia penganut Quaker (salah
satu sekte Kristen Protestan).
2.3 Penyusunan Konstitusi
Amerika
Setelah perjanjian Versailles ditandatangani, rakyat koloni
Amerika mulai merasakan hidup di negara merdeka. Pada awal kehidupannya itu,
kembali terjadi perbedaan. Setelah perang usai, terjadi perebutan bagian
kekuasaan sebesar-besarnya. Ada 9 negara bagian yang menuntut kekuasaan sebesar-besarnya
atau adanya pemerintahan negara bagiansyang sering disebut kelompok republikan.
Kelompok ini dipimpin oleh Thomas Jefferson. Sementara yang menginginkan adanya
pemerintahan pusat, 4 negara bagian dan sering disebut kelompok federalis.
Kelompok ini dipimpin oleh Alexander Hamilton.
Pertemntangan yang ada menyadarkan mereka tentang lemahnya
aturan yang ada, yaitu Articles of Confederation. Undang-Undang tersebut
belum mengatur cara-cara mengatur negara. Karena itu dilakukan
perbaikan-perbaikan lewat sebuah pertemuan bernama Federal Convention.
Pertemuan ini bertujuan untuk menyusun konstitusi negara Amerika Serikat. Dalam
pertemuan ini bertujuan menyusun konstitusi negara Amerika Serikat. Dalam
pertemuan ini kedua kelompok yang bertikai menyatakan sepakat. Akhirnya, tahun
1788 sidahkan Constitution of United States of America. Perancang isi
konstitusi adalah James Madison. Konstitusi berisi 12 amandemen. Sepuluh
amandemen berisi tentang pernyataan hak-hak pribadi (warga negara) dan negara
bagian. Kesepuluh Amandemen itu disebut Bill of Right.
Hal penting lainnya dalam konstistusi itu adalah adanya
pernyataan pemerintahan yang demokratis. Ini diperlihatkan dengan adanya
wakil-wakil negara bagian dalam pemerintahan pusat. Kongres tersiri dari dua
lembaga Senate (Dewan Legislatif) dan House of Representative
(Dewan Yudikatif). Anggota Senate sebanyak 2 orang dan anggota House of
Representative tergantung jumlah penduduk setiap negara bagian. Pemerintah
pusat dipimpin oleh seorang presiden. Pada saat itu, semua wakil dengara bagian
sepakat memilih George Washington sebagai presiden. Pahlawan perang kemerdekaan
Amerika Serikat itu disumpah menjadi presiden tanggal 30 April 1789 di New
York.
2.4 Pengaruh Revolusi Amerika
Revolusi kemerdekaan Amerika Serikat yang melahirkan
semangat liberalisme, dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, membawa
pengaruh besar bagi negara-negara dunia. Revolusi Perancis misalnya, rakyat
meuntut adanya pengakuan hak-haknya dan menuntut kebebasan dari pemerintahan
absolut.
Paham kebebasan di Perancis mendapat pengaruh dari paham
kebebasan Amerika yang dibawa Jendral Laffayette dan pasukannya. Ketika
membantu kaum koloni Amerika yang berperang melawan Inggris, mereka menyaksikan
satu kehidupan yang berbeda dengan negaranya. Salah satunya perkembangan
liberalisme (paham kebebasan). Setelah kembali ke Perancis, mereka
mengembangkan dan akhirnya terjadi revolusi Perancis.
Bagi Indonesia, yang saat itu dikuasai Belanda, Revolusi
Amerika yang berakhir dengan kalahnya Inggris, menimbulkan perubahan dalam
bidang politik dan ekonomi. Hal itu disebabkan pihak Inggris mengungsikan
koloni-koloni di Amerika yang masih setia ke Australia. Daerah Australia
dikunjungi oleh James Cook dari arah timur tahun 1774.
Tahun 1784, terjadi perjanjian tersendiri antara Inggris
dengan Belanda di Eropa. Perjanjian mengatur bahwa Belanda harus membuka
perairan Indonesia untuk kapal-kapal Inggris yang menuju ke Australia. Hak
monopoli VOC di Indonesia dihapuskan dengan diizinkannya kapal-kapal Inggris mengunjungi
Batavia. Dampak dari dibukanya perairan Indonesia adalah VOC mendapat saingan
dari pedagang-pedagang asing Inggris dan Perancis. Selanjutnya, berakibat VOC
bubar tahun 1799.
Penemuan benua Amerika oleh Christoper Columbus, telah
menjadikan daerah Amerika ini sebagai tempat baru bagi orang-orang Eropa yang
pada saat itu penuh gejolak politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Kemenangan
Inggris atas Perancis menyebabkan koloni Perancis di benua Amerika dan Asia
jatuh ke tangan Inggris tahun 1763. Inggris membebankan segala kerugiannya
kepada kaum kolonis tersebut, sehingga pecah perang kemerdekaan.
Tanggal 4 Juli 1776, kaum kolonis Inggris di Amerika Utara
menyatakan kemerdekaannya yang tertuang dalam Declaration of Independence, dan
membentuk suatu negara bernama United States of America, dengan Jendral
Washington sebagai presiden pertama
2.5 Faktor
utama penyebab Revolusi Amerika:
1. Timbul paham kebebasan dalam bidang politik
2. Timbul paham kebebasan dalam bidang perdagangan
3. Pemungutan pajak yang tinggi. Pajak yang dituangkan dalam Revenue Act
and Billeting Act [1764] menyebabkan kehidupan rakyat Amerika Selatan
sengsara. Pelaksanaannya ditentang oleh Samuel Adam. Semboyannya:"No
taxation with out representation" (tak akan ada pajak tanpa ada perwakilan
di parlemen).
4. Peristiwa "Boston Tea Party". Pembongkaran teh yang ada pada kapal
milik Inggris di Pelabuhan Boston yang dilakukan oleh orang-orang koloni.
1. Timbul paham kebebasan dalam bidang politik
2. Timbul paham kebebasan dalam bidang perdagangan
3. Pemungutan pajak yang tinggi. Pajak yang dituangkan dalam Revenue Act
and Billeting Act [1764] menyebabkan kehidupan rakyat Amerika Selatan
sengsara. Pelaksanaannya ditentang oleh Samuel Adam. Semboyannya:"No
taxation with out representation" (tak akan ada pajak tanpa ada perwakilan
di parlemen).
4. Peristiwa "Boston Tea Party". Pembongkaran teh yang ada pada kapal
milik Inggris di Pelabuhan Boston yang dilakukan oleh orang-orang koloni.
2.6 Dampak
Revolusi Rusia terhadap Pergerakan Nasional
Revolusi Rusia berdampak terhadap pergerakan nasional
Indonesia.Revolusi tersebut menimbulakan munculnya paham marxisme.
Paham komunisme yang berkembang di Rusia, menyebabkan timbulnya
komunisme di Indonesia. Dengan demikian, muncullah tokoh-tokoh komunis yang
akhimya ingin mendirikan negara komunis di Indonesia.
Revolusi
Rusia adalah sebuah gerakan
politik di Rusia
yang memuncak pada 1917
dengan penggulingan pemerintahan provinsi yang telah mengganti sistem Tsar
Rusia, dan menuju ke pendirian Uni
Soviet, yang berakhir sampai keruntuhannya pada 1991.
A. Sebab-sebab
terjadinya revolusi Rusia 1917 antara lain karena
Adanya perbedaan sosial yang
mencolok antara kaum bangsawan dan rakyat. Perubahan agraria yang tidak
memberikan dampak pada para petani. Kekalahan perang dengan Jepang pada tahun
1905, juga Perbedaan sosial yang mencolok antara kehidupan Tsar dan para
bangsawan yang mewah dengan kehidupan rakyat biasa yang kesulitan dan miskin.
B. Revolusi tahun 1905
Revolusi
tahun 1905 membuktikan bahwa kelas kapitalis tidak ingin dan tidak mampu
memimpin sebuah revolusi borjuis-demokratik. Mereka memang bekepentingan untuk
menghilangkan sisa-sisa feodal dari ekonomi dan sistem politik, tetapi takut
pada kekuatan revolusioner kelas buruh. Hal ini menjadi titik tolak untuk teori
Revolusi Permanen, yang dirumuskan oleh Leon Trotsky berdasaran pengalaman
pergolakan tahun 1905 itu. Menurut Trotsky, dominasi mode produksi kapitalis di
tingkat global berarti bahwa perjuangan sosialis bisa mulai di Rusia. Kaum
buruh tidak hanya harus memimpin perjuangan demokratik, tetapi dalam perjuangan
itu mereka mesti berjalan lebih jauh dan mengembangkan revolusi ke arah
sosialisme.
Revolusi
Februari 1917
Periode antara tahun 1907 dengan
1911 sangat sulit bagi kaum kiri. Lenin melukiskan zaman reaksioner itu:
Para pendukung Tsar berjaya. Semua partai revolusioner bahkan semua partai oposisi dihancurkan. Perasaan depresi dan demoralisasi, perpecahan, pertikaian, pembelotan dan pornografi mengganti kegiatan politik. Namun di saat yang sama, pada zaman ini partai-partai revolusioner dan kelas revolusioner mendapatkan pelajaran yang amat bermanfaat pelajaran dalam memahami perjuangan politik, dan pelajaran dalam ilmu menjalankan perjuangan tersebut tentara-tentara yang kalah memang banyak belajar.
Mulai dari tahun 1912, perlawanan oleh kaum buruh sudah meningkat lagi. Para buruh tambang di daerah pertambangan emas mogok kerja dan mentuntut hari kerja 8 jam. Namun di saat yang sama, negara-negara Eropa semakin terjerumus ke dalam konflik. Manuver-manuver mereka mempersiapkan medan untuk pecahnya Perang Dunia I pada tahun 1914. Setelah kaum kiri menaruh harapan pada bangkitnya kelas buruh, mereka harus menghadapi sebuah perkembangan yang amat pahit. Terjadi perpecahan antara pihak sosialis moderat yang mendukung perang imperialis tersebut, dan pihak revolusioner yang menolak perang itu.
Lenin mengajukan slogan, "Merubah perang imperialis menjadi perang sipil" (artinya, perang antara kelas pekerja dan kelas kapitalis). Kaum buruh harus berhenti saling membunuh dan harus menentang para kapitalis yang berdosa atas perang tersebut.
Pada hari-hari awal, perang imperialis mendapatkan dukungan yang sangat luas dari masyarakat. Namun dukungan itu semakin merosot karena massa rakyat di masing-masing negeri harus berkorban terus. Jutaan laki-laki berjatuhan di garis depan. Sedangkan kaum perempuan harus mengurus rumah tangga sekaligus bekerja berjam-jam di pabrik dengan upah yang melarat. Sehingga tidak mengherankan Revolusi tahun 1917 pecah pada Hari Perempuan. Seorang pekerja di pabrik mesin Nobel menggambarkan kejadian pada hari itu:
Kami mendengar suara-suara wanita di lorong di belakang jendela-jendela bagian kami: ‘Turunkan harga! Hentikan kelaparan! Pangan untuk kaum buruh!' Aku bersama beberapa kawan lain bergegas ke jendela itu. Pintu-pintu pabrik Bolsyaya Sampsonievskaya dibuka lebar. Massa buruh perempuan yang kelihatan militan memenuhi lorong. Wanita yang melihat kami mulai melambaikan tangan sambil berteriak: ‘Keluar pabrik! Mogok kerja!’ Gumpalan-gumpalan salju terbang-melayang melalui jendela. Kami memutuskan untuk ikut berdemonstrasi.
Dalam Revolusi Februari kita menyaksikan dinamiki perjuangan kaum tertindas. Kaum buruh perempuan dari sektor-sektor yang pengorganisirannya terlemah, menjadi katalisator bagi seluruh revolusi. Kemudian mereka segera menghimbau agar kaum buruh di sektor lain ikut berjuang. Sektor yang paling militan adalah para pekerja pabrik mesiu di daerah Vyborg. Di sektor ini Partai Bolsyevik cukup kuat, tetapi para pemimpin partai setempat tidak setuju dengan aksi mogok, yang mereka anggap prematur. Namun begitu kaum buruh perempuan turun ke jalan, para pekerja di Vyborg segera melakukan solidaritas dan mogok kerja. Aksi mereka pada gilirannya menyuluh aksi-aksi mogok di seluruh ibukota. Tsar menyuruh tentara menghancurkan demonstrasi dan pemogokan. Namun tampilnya tentara hanya menimbulkan sebuah gerakan protes yang mengarah ke insureksi.
Pada tahun 1905 tentara tetap loyal terhadap Tsar. Namun di tahun 1917 para prajurit sangat resah. Mereka telah mengalami tiga tahun perang yang mengerikan, dan tidak lagi antusias untuk membela rezim. Para prajurit kebanyakan adalah rakyat kecil yang semakin bersimpati dengan buruh, dan merasa memiliki kepentingan bersama dengan kaum buruh. Pada tanggal 27 Februari sejumlah resimen membelot ke kubu revolusioner. Pada hari itu juga, para politisi di Duma yang sampai saat itu hanya merupakan parlemen boneka, menolak instruksi-instruksi Tsar dan menyatakan diri sebagai Pemerintahan Transisi.
Empat hari kelak, pada tanggal 3 Maret, Tsar Nicholas II akhirnya turun tahkta. Rezim Tsar berhasil ditumbangkan dalam kuran waktu sependek 12 hari. Mirip dengan peristiwa tahun 1905, dalam revolusi Februari aksi-aksi mogok menimbulkan komite-komite buruh, yang lantas mendirikan sebuah dewan pengurus pusat yang mengambil nama "soviet". Kemudian muncul soviet di tempat-tempat lain pula.
Revolusi Februari sering dicap sebagai revolusi "spontan" karena tidak ada kepemimpinan yang jelas. Namun kita tidak boleh melupakan peranan yang dimainkan oleh ribuan buruh yang teradikalisasi dalam revolusi tahun 1905 dan yang tetap menjadi anggota atau simpatisan Partai Bolsyevik. Para aktivis ini, yang dilukiskan oleh Trotsky sebagai "buruh yang sadar dan kawakan yang kebanyakan terdidik oleh Partai Lenin", menjadi pimpinan di lapangan.
Partai Bolsyevik itu masih kecil dan terfragmentasi pada bulan Februari, tetapi kemudian bisa berperan besar dalam revolusi Oktober karena beruntung dari pengalaman revolusi tahun 1905 dan pergolakan bulan Februari. Lenin pernah mengatakan, partai revolusioner harus mempunyai "daya ingatan bagi kelas buruh" (the memory of the class). Partai Bolsyevik bisa bertahan dan akhirnya menang karena belajar dari pengalaman-pengalaman revolusioner, terutama peristiwa-peristiwa tahun 1905. Selama tahun-tahun sulit antara 1906 dan 1917, mereka tidak lupa bahwa massa rakyat telah terbukti mampu untuk mengoyahkan rezim Tsar. Jadi mereka memiliki semangat untuk terus berjuang dan mempertahankan organisasi mereka.
Trotsky baru mengerti peranan partai Bolsyevik pada tahun 1917. Dalam bukunya tentang sejarah revolusi dia menulis: Di antara massa buruh harus ada aktivis buruh yang telah memikirkan pengalaman tahun 1905, mengkritik ilusi-ilusi konstitusional para liberal dan Mensyevik, mempelajari perspektif-perspektif revolusi, ratusan kali mengkaji kembali masalah peranan tentara dan secara saksama mengamati dinamika intern dalam militer, -- aktivis buruh yang mampu menarik kesimpulan dari apa yang mereka saksikan, lantas mensosialisikan kesimpulan itu kepada orang lain.
Dengan semakin gencarnya gerakan buruh, soviet mulai mengambil alih kendali dan mengurusi fungsi-fungsi dasar di ibukota serta mengorganisir kembali proses produksi. Kaum buruh semakin melihat soviet itu sebagai pemerintahan mereka. Soviet menjadi sebuah administrasi tandingan yang menantang Pemerintahan Transisi. Maka muncullah sebuah situasi yang disebut oleh Trotsky dengan nama "dual power" -- (kekuasaan dobel atau kekuasaan ganda). Kata Trotsky, keadaan "dual power" tersebut muncul begitu "kelas-kelas yang bermusuhan [kaum buruh dan kaum majikan] masing-masing mengandalkan sistem-sistem pemerintahan yang bertentangan -- yang satunya kadaluwarsa, yang lain masih dalam proses pembentukan -- yang berdesak-desakan pada setiap langkah di bidang pemerintahan."
Partai Bolsyevik sendiri agak terperangah oleh revolusi Februari. Namun dua bulan kemudian mereka sudah mewakili sebuah minoritas yang penting dalam kelas buruh. Mayoritas dalam soviet memang masih dipegang oleh kaum Revolusioner-Sosial (partai petani) dan kaum Mensyevik (sosialis moderat) yang mendukung Pemerintahan Transisi dengan syarat tertentu. Sikap kaum mayoritas itu berdasarkan teori umum bahwa sebelum revolusi sosialis, Rusia dikira harus melalui sebuah revolusi demokratik yang akan memapankan demokrasi parlementer borjuis.
Namun massa buruh semenjak awal merasa curiga terhadap Pemerintahan Transisi. Kaum pekerja menjadi lebih curiga lagi pada bulan April, ketika pemerintahan tersebut menyatakan rencana untuk melanjutkan perang. Mengingat bahwa peristiwa Februari disebabkan oleh kemarahan tentang perang tersebut, kecurigaan para pekerja tidak sulit dipahami.
Pada bulan April itu Lenin kembali ke Rusia. Dia lekas menggembleng Partai Bolsyevik untuk melancarkan perjuangan ke arah sosialisme, dengan orientasi bahwa sebuah revolusi sosialis di Rusia bisa menyulut revolusi di negeri-negeri barat. Orientasi baru yang diajukan oleh Lenin itu berarti, kaum Bolsyevik harus mengutuk Pemerintahan Transisi sebagai pemerintah kapitalis. Mereka harus menuntut agar perang dihentikan, serta mengangkat sebuah slogan yang terkenal: "Pangan, perdamaian, tanah [untuk para penggarap]."
Setelah bulan April, dukungan terhadap Partai Bolsyevik semakin bertumbuh. Satu faktor yang penting disini adalah kehancuran ekonomi yang disebabkan oleh perang. Makin lama makin banyak perusahaan yang gulung tikar; sehingga makin banyak pekerja yang tunakarya. Gagalnya ekonomi kapitalis membuat slogan-slogan Bolsyevik yang anti-kapitalis semakin disambut oleh para pekerja. Perlawanan oleh kaum buruh menjadi lebih gencar.
Pemerintahan Transisi menyerang kaum pekerja, dengan harapan, serangan itu akan mengambil hati kaum kapitalis. Mereka memprovokasi demonstrasi-demonstrasi yang melibatkan ratusan ribu pekerja, kemudian mereka menuduh Partai Bolsyevik sebagai pemicu insureksi. Koran partai dilarang, pemimpin utama ditangkap. Untuk sementara, represi ini membiakkan suasana yang lebih konservatif dalam tubuh gerakan buruh. Namun para aktivis yang lebih sadar menarik kesimpulan, tidaklah cukup mengganti beberapa menteri. Kekuasaan harus diambil alih oleh soviet. Untuk itu, para pemimpin moderat di dalam soviet harus diganti juga. Artinya, kaum Bolsyevik harus menjadi kepemimpinan soviet.
Waktu itu soviet sudah mulai berkembang sebagai embrio masyarakat baru, di mana kaum pekerja akan menguasai proses produksi dan mengambil keputusan berdasarkan kepentingan rakyat sendiri. Kaun buruh sudah sadar bahwa dalam masyarakat luas kepentingan ini akan diperjuangkan oleh soviet. Peristiwa bulan Februari dan Juli telah meradikalisasi mereka, sehingga mereka semakin menyambut argumentasi Bolsyevik bahwa kelas buruh dan rakyat tertindas harus mengambil alih kekuasaan dan menghancurkan kaum penguasa.
Para pendukung Tsar berjaya. Semua partai revolusioner bahkan semua partai oposisi dihancurkan. Perasaan depresi dan demoralisasi, perpecahan, pertikaian, pembelotan dan pornografi mengganti kegiatan politik. Namun di saat yang sama, pada zaman ini partai-partai revolusioner dan kelas revolusioner mendapatkan pelajaran yang amat bermanfaat pelajaran dalam memahami perjuangan politik, dan pelajaran dalam ilmu menjalankan perjuangan tersebut tentara-tentara yang kalah memang banyak belajar.
Mulai dari tahun 1912, perlawanan oleh kaum buruh sudah meningkat lagi. Para buruh tambang di daerah pertambangan emas mogok kerja dan mentuntut hari kerja 8 jam. Namun di saat yang sama, negara-negara Eropa semakin terjerumus ke dalam konflik. Manuver-manuver mereka mempersiapkan medan untuk pecahnya Perang Dunia I pada tahun 1914. Setelah kaum kiri menaruh harapan pada bangkitnya kelas buruh, mereka harus menghadapi sebuah perkembangan yang amat pahit. Terjadi perpecahan antara pihak sosialis moderat yang mendukung perang imperialis tersebut, dan pihak revolusioner yang menolak perang itu.
Lenin mengajukan slogan, "Merubah perang imperialis menjadi perang sipil" (artinya, perang antara kelas pekerja dan kelas kapitalis). Kaum buruh harus berhenti saling membunuh dan harus menentang para kapitalis yang berdosa atas perang tersebut.
Pada hari-hari awal, perang imperialis mendapatkan dukungan yang sangat luas dari masyarakat. Namun dukungan itu semakin merosot karena massa rakyat di masing-masing negeri harus berkorban terus. Jutaan laki-laki berjatuhan di garis depan. Sedangkan kaum perempuan harus mengurus rumah tangga sekaligus bekerja berjam-jam di pabrik dengan upah yang melarat. Sehingga tidak mengherankan Revolusi tahun 1917 pecah pada Hari Perempuan. Seorang pekerja di pabrik mesin Nobel menggambarkan kejadian pada hari itu:
Kami mendengar suara-suara wanita di lorong di belakang jendela-jendela bagian kami: ‘Turunkan harga! Hentikan kelaparan! Pangan untuk kaum buruh!' Aku bersama beberapa kawan lain bergegas ke jendela itu. Pintu-pintu pabrik Bolsyaya Sampsonievskaya dibuka lebar. Massa buruh perempuan yang kelihatan militan memenuhi lorong. Wanita yang melihat kami mulai melambaikan tangan sambil berteriak: ‘Keluar pabrik! Mogok kerja!’ Gumpalan-gumpalan salju terbang-melayang melalui jendela. Kami memutuskan untuk ikut berdemonstrasi.
Dalam Revolusi Februari kita menyaksikan dinamiki perjuangan kaum tertindas. Kaum buruh perempuan dari sektor-sektor yang pengorganisirannya terlemah, menjadi katalisator bagi seluruh revolusi. Kemudian mereka segera menghimbau agar kaum buruh di sektor lain ikut berjuang. Sektor yang paling militan adalah para pekerja pabrik mesiu di daerah Vyborg. Di sektor ini Partai Bolsyevik cukup kuat, tetapi para pemimpin partai setempat tidak setuju dengan aksi mogok, yang mereka anggap prematur. Namun begitu kaum buruh perempuan turun ke jalan, para pekerja di Vyborg segera melakukan solidaritas dan mogok kerja. Aksi mereka pada gilirannya menyuluh aksi-aksi mogok di seluruh ibukota. Tsar menyuruh tentara menghancurkan demonstrasi dan pemogokan. Namun tampilnya tentara hanya menimbulkan sebuah gerakan protes yang mengarah ke insureksi.
Pada tahun 1905 tentara tetap loyal terhadap Tsar. Namun di tahun 1917 para prajurit sangat resah. Mereka telah mengalami tiga tahun perang yang mengerikan, dan tidak lagi antusias untuk membela rezim. Para prajurit kebanyakan adalah rakyat kecil yang semakin bersimpati dengan buruh, dan merasa memiliki kepentingan bersama dengan kaum buruh. Pada tanggal 27 Februari sejumlah resimen membelot ke kubu revolusioner. Pada hari itu juga, para politisi di Duma yang sampai saat itu hanya merupakan parlemen boneka, menolak instruksi-instruksi Tsar dan menyatakan diri sebagai Pemerintahan Transisi.
Empat hari kelak, pada tanggal 3 Maret, Tsar Nicholas II akhirnya turun tahkta. Rezim Tsar berhasil ditumbangkan dalam kuran waktu sependek 12 hari. Mirip dengan peristiwa tahun 1905, dalam revolusi Februari aksi-aksi mogok menimbulkan komite-komite buruh, yang lantas mendirikan sebuah dewan pengurus pusat yang mengambil nama "soviet". Kemudian muncul soviet di tempat-tempat lain pula.
Revolusi Februari sering dicap sebagai revolusi "spontan" karena tidak ada kepemimpinan yang jelas. Namun kita tidak boleh melupakan peranan yang dimainkan oleh ribuan buruh yang teradikalisasi dalam revolusi tahun 1905 dan yang tetap menjadi anggota atau simpatisan Partai Bolsyevik. Para aktivis ini, yang dilukiskan oleh Trotsky sebagai "buruh yang sadar dan kawakan yang kebanyakan terdidik oleh Partai Lenin", menjadi pimpinan di lapangan.
Partai Bolsyevik itu masih kecil dan terfragmentasi pada bulan Februari, tetapi kemudian bisa berperan besar dalam revolusi Oktober karena beruntung dari pengalaman revolusi tahun 1905 dan pergolakan bulan Februari. Lenin pernah mengatakan, partai revolusioner harus mempunyai "daya ingatan bagi kelas buruh" (the memory of the class). Partai Bolsyevik bisa bertahan dan akhirnya menang karena belajar dari pengalaman-pengalaman revolusioner, terutama peristiwa-peristiwa tahun 1905. Selama tahun-tahun sulit antara 1906 dan 1917, mereka tidak lupa bahwa massa rakyat telah terbukti mampu untuk mengoyahkan rezim Tsar. Jadi mereka memiliki semangat untuk terus berjuang dan mempertahankan organisasi mereka.
Trotsky baru mengerti peranan partai Bolsyevik pada tahun 1917. Dalam bukunya tentang sejarah revolusi dia menulis: Di antara massa buruh harus ada aktivis buruh yang telah memikirkan pengalaman tahun 1905, mengkritik ilusi-ilusi konstitusional para liberal dan Mensyevik, mempelajari perspektif-perspektif revolusi, ratusan kali mengkaji kembali masalah peranan tentara dan secara saksama mengamati dinamika intern dalam militer, -- aktivis buruh yang mampu menarik kesimpulan dari apa yang mereka saksikan, lantas mensosialisikan kesimpulan itu kepada orang lain.
Dengan semakin gencarnya gerakan buruh, soviet mulai mengambil alih kendali dan mengurusi fungsi-fungsi dasar di ibukota serta mengorganisir kembali proses produksi. Kaum buruh semakin melihat soviet itu sebagai pemerintahan mereka. Soviet menjadi sebuah administrasi tandingan yang menantang Pemerintahan Transisi. Maka muncullah sebuah situasi yang disebut oleh Trotsky dengan nama "dual power" -- (kekuasaan dobel atau kekuasaan ganda). Kata Trotsky, keadaan "dual power" tersebut muncul begitu "kelas-kelas yang bermusuhan [kaum buruh dan kaum majikan] masing-masing mengandalkan sistem-sistem pemerintahan yang bertentangan -- yang satunya kadaluwarsa, yang lain masih dalam proses pembentukan -- yang berdesak-desakan pada setiap langkah di bidang pemerintahan."
Partai Bolsyevik sendiri agak terperangah oleh revolusi Februari. Namun dua bulan kemudian mereka sudah mewakili sebuah minoritas yang penting dalam kelas buruh. Mayoritas dalam soviet memang masih dipegang oleh kaum Revolusioner-Sosial (partai petani) dan kaum Mensyevik (sosialis moderat) yang mendukung Pemerintahan Transisi dengan syarat tertentu. Sikap kaum mayoritas itu berdasarkan teori umum bahwa sebelum revolusi sosialis, Rusia dikira harus melalui sebuah revolusi demokratik yang akan memapankan demokrasi parlementer borjuis.
Namun massa buruh semenjak awal merasa curiga terhadap Pemerintahan Transisi. Kaum pekerja menjadi lebih curiga lagi pada bulan April, ketika pemerintahan tersebut menyatakan rencana untuk melanjutkan perang. Mengingat bahwa peristiwa Februari disebabkan oleh kemarahan tentang perang tersebut, kecurigaan para pekerja tidak sulit dipahami.
Pada bulan April itu Lenin kembali ke Rusia. Dia lekas menggembleng Partai Bolsyevik untuk melancarkan perjuangan ke arah sosialisme, dengan orientasi bahwa sebuah revolusi sosialis di Rusia bisa menyulut revolusi di negeri-negeri barat. Orientasi baru yang diajukan oleh Lenin itu berarti, kaum Bolsyevik harus mengutuk Pemerintahan Transisi sebagai pemerintah kapitalis. Mereka harus menuntut agar perang dihentikan, serta mengangkat sebuah slogan yang terkenal: "Pangan, perdamaian, tanah [untuk para penggarap]."
Setelah bulan April, dukungan terhadap Partai Bolsyevik semakin bertumbuh. Satu faktor yang penting disini adalah kehancuran ekonomi yang disebabkan oleh perang. Makin lama makin banyak perusahaan yang gulung tikar; sehingga makin banyak pekerja yang tunakarya. Gagalnya ekonomi kapitalis membuat slogan-slogan Bolsyevik yang anti-kapitalis semakin disambut oleh para pekerja. Perlawanan oleh kaum buruh menjadi lebih gencar.
Pemerintahan Transisi menyerang kaum pekerja, dengan harapan, serangan itu akan mengambil hati kaum kapitalis. Mereka memprovokasi demonstrasi-demonstrasi yang melibatkan ratusan ribu pekerja, kemudian mereka menuduh Partai Bolsyevik sebagai pemicu insureksi. Koran partai dilarang, pemimpin utama ditangkap. Untuk sementara, represi ini membiakkan suasana yang lebih konservatif dalam tubuh gerakan buruh. Namun para aktivis yang lebih sadar menarik kesimpulan, tidaklah cukup mengganti beberapa menteri. Kekuasaan harus diambil alih oleh soviet. Untuk itu, para pemimpin moderat di dalam soviet harus diganti juga. Artinya, kaum Bolsyevik harus menjadi kepemimpinan soviet.
Waktu itu soviet sudah mulai berkembang sebagai embrio masyarakat baru, di mana kaum pekerja akan menguasai proses produksi dan mengambil keputusan berdasarkan kepentingan rakyat sendiri. Kaun buruh sudah sadar bahwa dalam masyarakat luas kepentingan ini akan diperjuangkan oleh soviet. Peristiwa bulan Februari dan Juli telah meradikalisasi mereka, sehingga mereka semakin menyambut argumentasi Bolsyevik bahwa kelas buruh dan rakyat tertindas harus mengambil alih kekuasaan dan menghancurkan kaum penguasa.