Selasa, 26 Januari 2016

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kurikulum berbasisi kompetensi yang dikembangkan saat ini tetap menempatkan pendidikan budi pekerti sebagai pendidikan yang terintegrasi dengan mata pelajaran lain dalam pembelajaran. Menginterasikan suatu muatan pembelajaran ternyata bukan pekerjaan mudah bagi sebagian guru. Karenanya, diperlukan strategi tertentu agar pembelajaran budi pekrti berjalan efektif.
Secara konpensional pendidikan budi pekerti merupakan usaha sadar menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap perannya sekarang dan masa yang akan datang. Disamping itu, pendidikan budi  pekerti merupakan uoaya pembentuka, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan, dan perbaikan perilaku peserta didik. Agar mereka mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras dan seimbang.
Secara operasional pendidikan budi pekerti merupaakan  upaya membekali peserta didik. Melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan selama pertumbuhan dan peerkembangan sebagai bekal masa depannya. Tujuan nya aga mereka memiliki hati nurani yang bersih berperangai baik serta menjaga kesusilaan dalam menjaga melaksanakan kewajiban terhadap tuhan dan sesama makhluk.
Dikhawatirkan dengan pengintegrasian yang tidak tepat pendidikan budi pekerti dalam pembelajaran akan mengalami pendangkalan makna, setidaknya pendangkalan konsep. Bisa jadi pembelajaran budi pekerti menjadi tidak lebih sekedar pendidikan etika atau sopan santun padahal. Tujuan nya aga mereka memiliki hati nurani yang bersih berperangai baik serta menjaga kesusilaan dalam menjaga melaksanakan kewajiban terhadap tuhan dan sesama makhluk.
Dikhawatirkan dengan pengintegrasian yang tidak tepat pendidikan budi pekerti dalam pembelajaran akan mengalami pendangkalan makna, setidaknya pendangkalan konsep. Bisa jadi pembelajaran budi pekerti menjadi tidak lebih sekedar pendidikan etika atau sopan santun padahal sesungguhnya etika atau sopan santun hanyalah pbagian pendidikan dari budi pekerti
Dewasa ini, masyarakat masih menggunakan masalah etiket atau etika yang diartikan samadengan tata krama ungguh dan stubasita. Kedua istilah itu selalu dihubungkan dengan sikap dan perilaku sopan santun.  Pengintegerasian pendidikan budi pekerti dalam pembelajaran perlu diperjelas wujudnya diantaranya implementasi pendidikan budi pekerti bukan pada ranah kognitif saja melainkan harus berdampak positif terhadap ranah afektif dan  psikomotorik.yang berperilaku yang berupa perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ruang lingkup materi dan subtansi pendidikan budi pekerti?
2. Apa saja unsur –unsur pendidikan budi pekerti?
3. Bagaimana penanaman nilai budi pekerti pada jenjang pendidikan formal?
C. Tujuan                                          
1.      Untuk mengetahui ruang lingkup materi dan subtansi pendidikan budi pekerti.
2.      Untuk mengetahui unsur-unsur pendidikan budi pekerti.
3.      Untuk menegetahui nilai-nilai budi pekerti pada jenjang. pendidikan formal

 

BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIANnKOMPETENSInDANnKURIKULUMnBERBASIS KOMPETENSI
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Sedangkan kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa. Penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Adapun ciri-ciri kurikulum berbasis kompetensi:
1.         Menekankan pada ketercapaian kompetensi peserta didik baik secara individual maupun klasikal.
2.         Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
3.         Pencapaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4.         Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
5.         Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
B.     TUJUAN DAN FUNGSI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH
Tujuan pendidikan budi pekerti meliputi:
1.      Mendorong kebiasan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious.
2.      Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai penerus bangsa
3.      menanamkan ketegaran dan kepekaan mental peserta didik terhadap situasi dan kondisi lingkungan yang negatif, sehingga tidak terjerumus ke dalam perilaku yang menyimpang, baik secara individual maupun social
4.      Meningkatkan kemampuan untuk menjauhi atau menolak sifat-sifat tercela yang dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Adapun fungsi dari pendidikan budi pekerti bagi peserta didik,yaitu :
1.      Pencegahan Yaitu untuk mencegah perilaku negatif yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
2.      Penyaluran, yaitu untuk membantu peserta didik yang memiliki bakat tertentu agar dapat berkembang dan bermanfaat secara optimal sesuai dengan budaya bangsa.
3.      Penyaring (filter), yaitu untuk menyaring budaya-budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa-bangsa lain, yang tidak sesuai dengan nilai budi pekerti
4.      Pembersih, yaitu membersihkan diri dari penyakit hati seperti sombong, egois, iri, dengki, dan ria, sehingga terhindar dari penyakit hati itu dan mereka tumbuh dan berkembang sesuai ajaran agama dan budaya bangsa.
5.      Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kelemahan peserta didik dalam perilaku sehari-hari.
6.      Pengembangan, yaitu untuk meningkatkan perilaku yang baik bagi peserta didik yang telah tertanam dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, sehingga mereka dapat mengembangkan kecerdasan spritual, emosional, dan intelektualnya secara optimal.

C.    PENDEKATAN DAN PRINSIP PENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
Pendekatan yang di maksud antara lain adalah seagai berikut :
1.      Pendekatan penanaman nilai (Iculcation Approach)
Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Pendekatan ini sebenarnya merupakan pendekatan tradisional. Pada dasarnya, pendekatan ini mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan: mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, menerapkan nilai sesuai dengan keyakinan diri. Cara yang digunakan antara lain keteladanan, penguatan, simulasi, dan bermain peran.
2.      Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif (Coghnitive Moral Development Approach)
Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Perkembangan moral menurut pendekatan ini dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam membuat pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju suatu tingkat yang lebih tinggi (Elias, 1989). Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini ada dua hal yang utama. Pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral.
3.      Pendekatan Analisis Nilai (Value Analysis Approach)
Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial yang berhubungan dengan nilai tertentu dan dapat menghubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai mereka sendiri. Jika dibandingkan dengan pendekatan perkembangan kognitif, salah satu perbedaan penting antara keduanya bahwa pendekatan analisis nilai lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah yang memuat nilai-nilai sosial. Adapun pendekatan perkembangan kognitif memberi penekanan pada dilema moral yang bersifat perseorangan.
4.      Pendekatan Klarifikasi Nilai (Value Clarification Approach)
Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Pendekatan ini memberi penekanan pada nilai yang sesungguhnya dimiliki oleh seseorang. Bagi penganut pendekatan ini, nilai bersifat subjektif, ditentukan oleh seseorang berdasarkan kepada berbagai latar belakang pengalamannya sendiri, tidak ditentukan oleh faktor luar, seperti agama, masyarakat, dan sebagainya. Oleh karena itu, bagi penganut pendekatan ini isi nilai tidak terlalu penting. Hal yang sangat dipentingkan dalam program pendidikan adalah mengembangkan keterampilan siswa dalam melakukan proses menilai. Jadi bisa kita simpulkan bahwa pendekatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri dan nilai-nilai orang lain. Selain itu, bertujuan membantu peserta didik untuk mampu mengkomunikasikan secara jujur dan terbuka tentang nilai-nilai mereka sendiri kepada orang lain dan membantu peserta didik dalam menggunakan kemampuan berpikir rasional dan emosional dalam menilai perasaan, nilai, dan tingkah laku mereka sendiri. Cara yang digunakan antara lain bermain peran, simulasi, analisis mendalam tentang nilai sendiri, aktivitas yang mengembangkan sensitivitas, kegiatan di luar kelas, dan diskusi kelompok.

5.      Pendekatan Pembelajaran Berbuat (Action Learning Approach)
Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) memberi penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. pembelajaran berbuat dipelopori oleh Newmann, dengan memberikan perhatian mendalam pada usaha melibatkan siswa sekolah menengah atas dalam melakukan perubahan-perubahan sosial. Tujuan pendekatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti pada pendekatan analisis dan klarifikasi nilai, dan mengembangkan kemampuan dalam melakukan kegiatan sosial serta mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial. Cara yang digunakan selain cara-cara pendekatan analisis dan klarifikasi nilai, adalah metode proyek/kegiatan di sekolah, hubungan antar pribadi, praktik hidup bermasyarakat dan berorganisasi.
Adapun juga prinsip pendukung pendidikan budi pekerti adalah :
1.      Cara mempertahankan sikap yang baik
Beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mempertahankan sikap dan perilaku peserta didik yang sudah baik adalah sebagai berikut :
a. Menciptakan suasana belajar yang aman, tenang dan menyenangkan bagi peserta didik dengan membina hubungan baik antara guru dengan peserta didik, berkomunikasi terbuka, sehingga tidak ada perasaan tertekan dan takut kepada guru.
b.nMemberikannhadiahnataunpenghargaannHadiahnatau penghargaann dapat berupa:
1). Pujian berupa kata-kata atau kalimat yang diucapkan guru setelah melihat sikap / perilaku peserta didik yang baik, seperti kata bagus. Contohnya "pekerjaanmu hari ini bagus". Ucapan "selamat"
2). Pujian dalam bentuk mimik atau gerakan anggota badan yang memberikan kesan kepada peserta didik, misalnya anggukkan kepala, memberi acungan jempol, senyum dan lain-lain.
3). Benda sederhana seperti permen, pensil, buku, atau lainnya yang bermanfaat.
2.      Cara mencegah sikap dan perbuatan yang tidak baik
Beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mencegah perbuatan peserta didik yang tidak baik, antara lain
a.       Memberikan perhatian/ pelayanan yang adil kepada peserta didik agar tidak timbul rasa iri dan cemburu
b.      Menanamkan rasa berani mengakui kesalahan sendiri dan meminta maaf serta tidak mengulanginya
c.       Memberikan sanksi kepada yang melanggar aturan sekolah
d.      Memberikan pengertian mengenai nilai-nilai budi pekerti melalui cerita-cerita
e.       Menghidari respon penguatan negative
f.       Memperdengarkan nilai-nilai budi pekerti kepada peserta didik setiap saat atau memasang slogan-slogan di tempat–tempat terbuka seperti "Bersih itu sehat", "Kebersihan cermin kepribadian", "sudah rapikah saya".
3.      Rambu-rambu penerapan
Dalam penerapan pendidikan budi pekerti, guru perlu memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut:
a.       Penerapan budi pekerti tidak hanya pada ranah kognitif saja, melainkan harus berdampak positif terhadap sikap dan perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
b.      Rumuskan tujuan yang mengacu kepada penerapan perilaku dasar yang telah ditetapkan secara rinci dan jelas. Pencapaian tujuan penerapan akan lebih mudah dilaksanakan guru karena perilaku dasar tersebut diterjemahkan dalam indikator-indikator sebagai ukuran perilaku dasar budi pekerti
c.       Penerapan nilai-nilai budi pekerti dikembangkan sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat dan fakta-fakta yang dihadapi peserta didik
d.      Untuk keberhasilan pendidikan budi pekerti ini semua pihak (guru, orang tua, kepala sekolah, tenaga administrasi) harus berperan aktif mengembangkan nilai-nilai budi pekerti sehingga nilai-nilai budi pekerti itu menjadi budaya pada sekolah.
e.       Orang tua sebagai pemberi suri teladan, bekerja sama dengan sekolah untuk membimbing peserta didik dan konsisten dalam menjalankan pendidikan budi pekerti di rumah
f.       Sekolah menciptakan suasana yang kondusif bagi terlaksananya penerapan pendidikan budi pekerti dan seluruh unsur sekolah memberi teladan.



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Kurikulum berbasis kompetensi yang dikembangkan saat ini tetap menempatkan pendidikan budi pekerti sebagai pendidikan yang terintegrasi dengan mata pelajaran lain dalam pembelajaran. Mengintegrasikan suatu muatan pembelajaran ternyata bukan pekerjaan mudah bagi sebagian besar guru. Karenanya, diperlukan strategi tertentu agar pembelajaran pendidikan budi pekerti berjalan efektif. Secara konsepsional, pendidikan budi pekerti merupakan usaha  sadar menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang dan masa yang akan datang.
B.     KRITIK DAN SARAN
Berkaitan dengan isi dari nilai-nilai yang akan ditanamkan seorang guru yang berperan sebagai pendidik dituntut untuk kreatif. Kreatif menemukan kemungkinan untuk menawarkan nilai-nilai hidup keapada anak didik. Kreatif dan berinisiatif untuk tekun mengelola perkembangan dan tuntutan yang ada tanpa meninggalkan inti ajaran hidup. Hal ini berarti guru harus terus menerus belajar tentang makna hidup itu sendiri



DAFTAR PUSTAKA
Nurul Zuriah, 2008. Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Bumi Aksara. Jakarta.




Contoh Konseling Individu

A.    IDENTIFIKASI KASUS
-          Cara Menemukan Konseli
     Saya dengan konseli saya ini sudah kenal cukup lama, kebetulan hubungan pertemanan kami cukup dekat dan rumah kami pun tidak terlalu jauh. Saya mengenalnya saat duduk di bangku SMP, kebetulan juga konseli adik kelas saya sendiri dan saat ini pun konseli bekerja di warnet tepat di sebelah rumah saya, karna seringnya saya bermain di warnet saya pun bercerita tentang tugas saya kalau saya lagi butuh konseli untuk di konseling karna ada tugas dari dosen, dan saya meminta konseli untuk membantu mengerjakan tugas Laporan Konseling Individu tersebut.
      Awalnya konseli saya ini sedikit ragu-ragu karna takut masalahnya tersebar, tetapi setelah saya memberikan beberapa penjelasan supaya konseli percaya terhadap saya bahwa saya tidak akan membocorkan masalah yang terjadi pada dirinya, akhirnya konseli saya ini percaya dan bersedia untuk saya konseling.  
      Tanpa berpikir panjang dan paksaan konseli saya mau membantu dengan senang hati. Dan setelah itu saya ingin segera mengkonseling konseli secepatnya, tetapi karena masalah waktu yang selalu membuat kami sulit untuk bertemu akhirnya setelah sekitar 2 minggu kami mengadakan janji untuk konseling.
-          BIODATA
Nama                                       : Arman (Samaran)
Tempat dan tanggal lahir        : Tarakan, 22 Desember 1998
Agama                                     : Islam
Hobby                                     : Volly
Cita-cita                                  : Polisi
Umur                                       : 16
Sekolah                                   : SMA (Tidak ingin disebut sekolahnya)

Kelas                                       : XI
Jenis Kelamin                          : Laki-laki
Kewarganegaraan                   : Indonesia
Suku Bangsa                           : Bugis
Alamat                                    : Kampung empat
Anak ke-                                 : 1 (Satu)
-  jumlah saudara laki-laki       : 2 (Dua)
-  jumlah saudara perempuan  : -
Status                                      : Anak Kandung
 

      B.    IDENTIFIKASI MASALAH
-          Masalah Konseli
Masalah konseli saya dimana rasa kurang semangatnya terhadap sekolah, dan rasa kurang perhatian dari orang tua konseli tersebut. Penyebabnya yaitu konseli tidak bisa mengatur waktu saat pulang jam kerja, rasa malasnya tersebut di karenakan saat konseli pulang kerja konseli tidak langsung pulang, tetapi konseli singgah dirumah temanya untuk bermain dan konseli selalu pulang larut malam, akhirnya konseli selalu susah untuk bangun pagi, dampaknya konseli selalu terlambat dan tidak masuk sekolah.
-          Secara Fisik
Dilihat dari fisik, konseli saya ini mempunyai ciri-ciri rambut yang pendek berwarna hitam dan lurus. Memiliki mata yang sipit, alis yang tebal, dan bulu mata yang lentik, ia juga memiliki hidung yang pesek dan warna kulitnya putih, wajahnya tampan dan memiliki senyum yang manis, tubuhnya yang kurus dan tinggi. 
-          Secara Psikis 
Secara psikis, konseli saya mempunyai sifat yang agak keras kepala dan mudah di pengaruhi oleh orang lain namun, di sisi lain konseli saya mempunyai sifat yang baik hati dan tidak mudah tersinggung, ia juga seorang anak yang rajin dan sederhana, suka menolong orang lain, anak yang aktif dan juga tidak memilih-mlih orang untuk menjadi temannya dan mudah bergaul pada semua orang.  
    C.    DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil konseling yang sudah saya lakukan terhadap konseli, saya menyimpulkan bahwa konseli saya mempunyai masalah terhadap kurang semangatnya saat sekolah faktor-faktor tersebut adalah:
-          Faktor Internal 
1.      Kurangnya motivasi untuk belajar dan sekolah.
2.      Kurangnya disiplin dalam memanfaatkan waktu.
-          Faktor Eksternal
1.      Kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya.
2.      Pergaulan teman sebaya.
Menurut dari teori (Edy Zaqeus: 2008) Rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban.
 


Dapat saya simpulkan bahwa menurut dari teori (Edy Zaqeus: 2008) konseli saya ini, mempunya sifat yang malas untuk mengatur waktu yang padat dan tidak mempunyai ketekunan dalam bersekolah. Jadi, dampak negatifnya klien saya jadi malas bangun pagi untuk pergi kesekolah. Dia juga malas untuk mengatur dan memanagemen waktunya yang padat itu. Sehingga jadwal kegiatannya tidak bisa diatur. 


D.    PROGNOSIS
Setelah melakukan diagnosis, maka saran dan masukkan yang akan saya berikan kepada konseli untuk memecahkan masalah konseli, yaitu:
-          Perlunya perhatian yang lebih dari orang tua untuk anaknya.
-          Orang tua harus membatasi waktu bermainnya.
-          Lebih bisa menghargai dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya
-          Pendidikan itu sangat penting, karna masih banyak anak di luar sana yang ingin bersekolah tetapi orang tua mereka tidak mampu untuk membiayai mereka jadi selagi orang tua masih sanggup membiayai kamu sekolah, belajarlah dengan rajin dan tekun buat orang tua kamu bangga.
Beberapa kemungkinan yang terjadi apabila konseli mengikuti saran dan masukkan  yang diberikan,yaitu :
-          Konseli dapat menghargai dan memanfaatkan waktu dengan baik.
-          Belajar lebih rajin dan tekun.
-          Dapat membuat bangga orangtua dan diri sendiri.
Sebaliknya, kemungkinan yang dapat terjadi jika konseli tidak mengikuti saran yang diberikan, yaitu:
-          Konseli tidak dapat menghargai dan memanfaatkan waktu dengan baik.
-          Konseli sering terlambat ke sekolah
-          Konseli akan menghancurkan masa depan serta dapat mengecewakan orang tua.

E.     VERBATIM ANTARA INDIVIDU
Ko       : Konselor
Ki        : Konseli
NO
Kli/Ko
Percakapan
Teknik
1
Ko
Assalamualaikum.. (Ketok pintu)
Opening

2
Ki
Wa’alaikumsalam, silahkan masuk. (Persilahkan duduk)
3
Ko
Iyaa, maaf ya agak telat datangnya soalnya tadi ada keperluan mendadak. (duduk)

Attending
4
Ki
iya gak papa kok. (tersenyum)
5
Ko
Oh iya gimana sekolah kamu, nggak berasa ya sebentar lagi naik kelas tiga bagaimana persiapan belajar untuk naik kelas tiga? (Tersenyum)
Paraphrasing
6
Ki
Hmm.. sekolah ku alhamdulillah baik cuman ya gitu-gitu aja. (Garuk-garuk kepala)
7
Ko
Jadi gini, seperti yang kita omongin sebelumnya saya minta bantuan kamu untuk membantu saya mengerjakan tugas konseling dari dosen saya kamu bersediakan?   
Refleksi
8
Ki
Iya saya bersedia ngebantuin. (Tersenyum)

9
Ko
Cuman ya gitu apa, ceritain aja nggak perlu takut dalam konseling ini menggunakan asas kerahasiaan jadi yang tahu hal ini hanya saya dan dosen saya saja yang tahu. (Tersenyum)
Memudahkan/
Facilitating
10
Ki
Jadi gini, akhir-akhir ini aku tuh sering malas sekolah dan juga sering dimarahi orang tua. (Menundukkan kepala)
11
Ko
Apa kamu merasa ada sesuatu yang ingin kita bahas disini lebih jauh kira-kira penyebab kamu di marahi sama orang tua kamu?
Opened Question
12
Ki
Ya akhir-akhir ini aku sering terlambat sekolah alpa sudah enam di sekolah soalnya, selain sekolah saya kerja di warnet dari jam 4 sore sampe jam 10 malam. (Mengangkat kepala)
13
Ko
Hmm.. (Menganggukan kepala) terus
Minimal Encouragement/ Dorongan minimal
14
Ki
Kadang kalo pulang juga saya nggak langsung pulang biasa ngumpul dulu dirumah temen  sebentar, maklum anak laki (Tersipu malu) biasanya kalo pagi aku suka di bangunin sama orang tua. (Pegang rambut)
15
Ko
Hmm.. saya yakin kamu akan berbicara apa adanya karna saya akan mendengarkan sebaik-sebaiknya. Oh ya, jadi kamu kalo nggak di bangunin kamu suka telat sekolah ya?
Eksplorasi Pikiran


16
Ki
Nggak juga sih kadang suka bangun sendiri kan kalo lambat datang gerbangnya di tutup jadi udah ndak boleh masuk mau ndak mau pulang lagi ke rumah dari pada keluyuran ndak jelas jadi karena sering lambat orang tua di panggil lah ke sekolah mamaku heh orang tua atau mama juga sering marah lah. (Wajah Kesal)
17
Ko
Maaf sebelumnya bisa nggak kamu coba contohin orang tua kamu marah seperti apa.
Directing/ Mengarahkan
18
Ki
Ya, seperti biasa kena omel heh (Mata melihat ke kanan atas) contohnya tuh kamu nih sekolah datang, datang lambat terus kalo pulang dari warnet bukan langsung pulang coba pulang kah nggak usah keluyuran jadi nggak lambat sekolah ya banyak lah gitu–gitu lah dia marah. (Kesal)
19
Ko
Kayaknya kamu merasa jengkel sekali ya di marahi seperti itu.
Refleksi Perasaan
20
Ki
Hm.. yaa jengkel banget lah sudah capek ya kita butuh refresing lah. (Mengangkat kaki)
21
Ko
Hmm.. iya saya merasakan apa yang kamu rasain saat ini.
Empati
22
Ki
heh. Aku, akunya o akunya yang memang salah sih ehh suka  lambat ke sekolah. (Memegang jari tangan)
23
Ko
Dari yang kamu ceritakan tadi karna kamu sering terlambat sekolah mungkin kamu merasa jengkel di marahi sama mama kamu seperti itu.
Eksplorasi Pengalaman
24
Ki
Iya awalnya sih jengkel tapi karna saya eh masih butuh orang tua juga jadi saya mau, mau ndak mau harus terimalah. (Menundukkan kepala)

25
Ko
Maaf sebelumnya kamu bilang nggak papa tapi raut dari wajah kamu kok nggak nunjukkin seperti yang kamu ungkapin
Konfrontsi
26
Ki
Jadi mau gimana lagi bingung juga lah (Garuk-garuk pipi)
27
Ko
Mungkin mama kamu marah itu karna supaya kamu ingat waktu kalo pulang kerja langsung pulang jadi kalau pagi kamu nggak lambat terus.
Diagnosis
28
Ki
Bangun paginya itu yang susah. (Wajah datar)
29
Ko
Mungkin bisa sedikit kamu ceritakan tentang perasaan kamu ketika orang tua kamu dipanggil ke sekolah?
Konfrontsi
30
Ki
Yaa takut dimarahi apalagi kalo sampe eh orang tua yang laki-laki tahu kalo sering lambat sekolah ya bisa tambah-tambah lagi di omelin panas lagi telinga saya. (pegang korek api)
31
Ko
Jadi bapak kamu selama ini nggak tahu kalo kamu sering lambat?
Refleksi Pikiran
32
Ki
Hmm.. Nggak pernah tahu lah dan dia juga kalo masalah sekolah buat saya tuh rasanya belum pernah ngurus lah jadi selama ini cuma ibu aja yang ngurus.   
33
Ko
Hmm.. emang awalnya kalo bangun pagi itu susah tapi kalo kamu mengatur jadwal keseharianmu dengan baik, bangun pasti nggak sesusah yang kamu alamin sekarang
Dukungan
34
Ki
Duhh hehh.. semoga lah saya bisa lah
35
Ko
Yaa misalnya kalo pulang kerja langsung pulang pasti nggak lambat lagi
Merencanakan /Planning
36
Ki
Hmm.. nggak juga lah kalo saya lagi capek betul badan sakit semua ya pasti mau biar di bangunin atau mau tidur cepat pasti tetap juga lambat.
37
Ko
Hmm.. jadi setelah kita melakukan konseling ini apa yang kamu lakukan?
Fokus
38
Ki
Ya hm.. mencobalah agar bisa lebih baik dan nggak lambat lah biar orangtua nggak di panggil biar orangtua juga nggak malu hmm saya ya berusahalah buat yang terbaik

39
Ko
Okee sukses terus ya sekolahnya terima kasih udah ngebantu saya
Termination/ Conclusion
40
Ki
Oh ya gak papa sama-sama lah semoga sukses juga hati-hati di jalan okee
Closing
41
Ko
Okeee


   
  
DAFTAR PUSTAKA