Selasa, 26 Januari 2016

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kurikulum berbasisi kompetensi yang dikembangkan saat ini tetap menempatkan pendidikan budi pekerti sebagai pendidikan yang terintegrasi dengan mata pelajaran lain dalam pembelajaran. Menginterasikan suatu muatan pembelajaran ternyata bukan pekerjaan mudah bagi sebagian guru. Karenanya, diperlukan strategi tertentu agar pembelajaran budi pekrti berjalan efektif.
Secara konpensional pendidikan budi pekerti merupakan usaha sadar menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap perannya sekarang dan masa yang akan datang. Disamping itu, pendidikan budi  pekerti merupakan uoaya pembentuka, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan, dan perbaikan perilaku peserta didik. Agar mereka mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras dan seimbang.
Secara operasional pendidikan budi pekerti merupaakan  upaya membekali peserta didik. Melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan selama pertumbuhan dan peerkembangan sebagai bekal masa depannya. Tujuan nya aga mereka memiliki hati nurani yang bersih berperangai baik serta menjaga kesusilaan dalam menjaga melaksanakan kewajiban terhadap tuhan dan sesama makhluk.
Dikhawatirkan dengan pengintegrasian yang tidak tepat pendidikan budi pekerti dalam pembelajaran akan mengalami pendangkalan makna, setidaknya pendangkalan konsep. Bisa jadi pembelajaran budi pekerti menjadi tidak lebih sekedar pendidikan etika atau sopan santun padahal. Tujuan nya aga mereka memiliki hati nurani yang bersih berperangai baik serta menjaga kesusilaan dalam menjaga melaksanakan kewajiban terhadap tuhan dan sesama makhluk.
Dikhawatirkan dengan pengintegrasian yang tidak tepat pendidikan budi pekerti dalam pembelajaran akan mengalami pendangkalan makna, setidaknya pendangkalan konsep. Bisa jadi pembelajaran budi pekerti menjadi tidak lebih sekedar pendidikan etika atau sopan santun padahal sesungguhnya etika atau sopan santun hanyalah pbagian pendidikan dari budi pekerti
Dewasa ini, masyarakat masih menggunakan masalah etiket atau etika yang diartikan samadengan tata krama ungguh dan stubasita. Kedua istilah itu selalu dihubungkan dengan sikap dan perilaku sopan santun.  Pengintegerasian pendidikan budi pekerti dalam pembelajaran perlu diperjelas wujudnya diantaranya implementasi pendidikan budi pekerti bukan pada ranah kognitif saja melainkan harus berdampak positif terhadap ranah afektif dan  psikomotorik.yang berperilaku yang berupa perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ruang lingkup materi dan subtansi pendidikan budi pekerti?
2. Apa saja unsur –unsur pendidikan budi pekerti?
3. Bagaimana penanaman nilai budi pekerti pada jenjang pendidikan formal?
C. Tujuan                                          
1.      Untuk mengetahui ruang lingkup materi dan subtansi pendidikan budi pekerti.
2.      Untuk mengetahui unsur-unsur pendidikan budi pekerti.
3.      Untuk menegetahui nilai-nilai budi pekerti pada jenjang. pendidikan formal

 

BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIANnKOMPETENSInDANnKURIKULUMnBERBASIS KOMPETENSI
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Sedangkan kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa. Penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Adapun ciri-ciri kurikulum berbasis kompetensi:
1.         Menekankan pada ketercapaian kompetensi peserta didik baik secara individual maupun klasikal.
2.         Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
3.         Pencapaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4.         Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
5.         Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
B.     TUJUAN DAN FUNGSI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH
Tujuan pendidikan budi pekerti meliputi:
1.      Mendorong kebiasan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious.
2.      Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai penerus bangsa
3.      menanamkan ketegaran dan kepekaan mental peserta didik terhadap situasi dan kondisi lingkungan yang negatif, sehingga tidak terjerumus ke dalam perilaku yang menyimpang, baik secara individual maupun social
4.      Meningkatkan kemampuan untuk menjauhi atau menolak sifat-sifat tercela yang dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Adapun fungsi dari pendidikan budi pekerti bagi peserta didik,yaitu :
1.      Pencegahan Yaitu untuk mencegah perilaku negatif yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
2.      Penyaluran, yaitu untuk membantu peserta didik yang memiliki bakat tertentu agar dapat berkembang dan bermanfaat secara optimal sesuai dengan budaya bangsa.
3.      Penyaring (filter), yaitu untuk menyaring budaya-budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa-bangsa lain, yang tidak sesuai dengan nilai budi pekerti
4.      Pembersih, yaitu membersihkan diri dari penyakit hati seperti sombong, egois, iri, dengki, dan ria, sehingga terhindar dari penyakit hati itu dan mereka tumbuh dan berkembang sesuai ajaran agama dan budaya bangsa.
5.      Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kelemahan peserta didik dalam perilaku sehari-hari.
6.      Pengembangan, yaitu untuk meningkatkan perilaku yang baik bagi peserta didik yang telah tertanam dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, sehingga mereka dapat mengembangkan kecerdasan spritual, emosional, dan intelektualnya secara optimal.

C.    PENDEKATAN DAN PRINSIP PENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
Pendekatan yang di maksud antara lain adalah seagai berikut :
1.      Pendekatan penanaman nilai (Iculcation Approach)
Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Pendekatan ini sebenarnya merupakan pendekatan tradisional. Pada dasarnya, pendekatan ini mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan: mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, menerapkan nilai sesuai dengan keyakinan diri. Cara yang digunakan antara lain keteladanan, penguatan, simulasi, dan bermain peran.
2.      Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif (Coghnitive Moral Development Approach)
Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Perkembangan moral menurut pendekatan ini dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam membuat pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju suatu tingkat yang lebih tinggi (Elias, 1989). Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini ada dua hal yang utama. Pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral.
3.      Pendekatan Analisis Nilai (Value Analysis Approach)
Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial yang berhubungan dengan nilai tertentu dan dapat menghubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai mereka sendiri. Jika dibandingkan dengan pendekatan perkembangan kognitif, salah satu perbedaan penting antara keduanya bahwa pendekatan analisis nilai lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah yang memuat nilai-nilai sosial. Adapun pendekatan perkembangan kognitif memberi penekanan pada dilema moral yang bersifat perseorangan.
4.      Pendekatan Klarifikasi Nilai (Value Clarification Approach)
Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Pendekatan ini memberi penekanan pada nilai yang sesungguhnya dimiliki oleh seseorang. Bagi penganut pendekatan ini, nilai bersifat subjektif, ditentukan oleh seseorang berdasarkan kepada berbagai latar belakang pengalamannya sendiri, tidak ditentukan oleh faktor luar, seperti agama, masyarakat, dan sebagainya. Oleh karena itu, bagi penganut pendekatan ini isi nilai tidak terlalu penting. Hal yang sangat dipentingkan dalam program pendidikan adalah mengembangkan keterampilan siswa dalam melakukan proses menilai. Jadi bisa kita simpulkan bahwa pendekatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri dan nilai-nilai orang lain. Selain itu, bertujuan membantu peserta didik untuk mampu mengkomunikasikan secara jujur dan terbuka tentang nilai-nilai mereka sendiri kepada orang lain dan membantu peserta didik dalam menggunakan kemampuan berpikir rasional dan emosional dalam menilai perasaan, nilai, dan tingkah laku mereka sendiri. Cara yang digunakan antara lain bermain peran, simulasi, analisis mendalam tentang nilai sendiri, aktivitas yang mengembangkan sensitivitas, kegiatan di luar kelas, dan diskusi kelompok.

5.      Pendekatan Pembelajaran Berbuat (Action Learning Approach)
Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) memberi penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. pembelajaran berbuat dipelopori oleh Newmann, dengan memberikan perhatian mendalam pada usaha melibatkan siswa sekolah menengah atas dalam melakukan perubahan-perubahan sosial. Tujuan pendekatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti pada pendekatan analisis dan klarifikasi nilai, dan mengembangkan kemampuan dalam melakukan kegiatan sosial serta mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial. Cara yang digunakan selain cara-cara pendekatan analisis dan klarifikasi nilai, adalah metode proyek/kegiatan di sekolah, hubungan antar pribadi, praktik hidup bermasyarakat dan berorganisasi.
Adapun juga prinsip pendukung pendidikan budi pekerti adalah :
1.      Cara mempertahankan sikap yang baik
Beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mempertahankan sikap dan perilaku peserta didik yang sudah baik adalah sebagai berikut :
a. Menciptakan suasana belajar yang aman, tenang dan menyenangkan bagi peserta didik dengan membina hubungan baik antara guru dengan peserta didik, berkomunikasi terbuka, sehingga tidak ada perasaan tertekan dan takut kepada guru.
b.nMemberikannhadiahnataunpenghargaannHadiahnatau penghargaann dapat berupa:
1). Pujian berupa kata-kata atau kalimat yang diucapkan guru setelah melihat sikap / perilaku peserta didik yang baik, seperti kata bagus. Contohnya "pekerjaanmu hari ini bagus". Ucapan "selamat"
2). Pujian dalam bentuk mimik atau gerakan anggota badan yang memberikan kesan kepada peserta didik, misalnya anggukkan kepala, memberi acungan jempol, senyum dan lain-lain.
3). Benda sederhana seperti permen, pensil, buku, atau lainnya yang bermanfaat.
2.      Cara mencegah sikap dan perbuatan yang tidak baik
Beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mencegah perbuatan peserta didik yang tidak baik, antara lain
a.       Memberikan perhatian/ pelayanan yang adil kepada peserta didik agar tidak timbul rasa iri dan cemburu
b.      Menanamkan rasa berani mengakui kesalahan sendiri dan meminta maaf serta tidak mengulanginya
c.       Memberikan sanksi kepada yang melanggar aturan sekolah
d.      Memberikan pengertian mengenai nilai-nilai budi pekerti melalui cerita-cerita
e.       Menghidari respon penguatan negative
f.       Memperdengarkan nilai-nilai budi pekerti kepada peserta didik setiap saat atau memasang slogan-slogan di tempat–tempat terbuka seperti "Bersih itu sehat", "Kebersihan cermin kepribadian", "sudah rapikah saya".
3.      Rambu-rambu penerapan
Dalam penerapan pendidikan budi pekerti, guru perlu memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut:
a.       Penerapan budi pekerti tidak hanya pada ranah kognitif saja, melainkan harus berdampak positif terhadap sikap dan perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
b.      Rumuskan tujuan yang mengacu kepada penerapan perilaku dasar yang telah ditetapkan secara rinci dan jelas. Pencapaian tujuan penerapan akan lebih mudah dilaksanakan guru karena perilaku dasar tersebut diterjemahkan dalam indikator-indikator sebagai ukuran perilaku dasar budi pekerti
c.       Penerapan nilai-nilai budi pekerti dikembangkan sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat dan fakta-fakta yang dihadapi peserta didik
d.      Untuk keberhasilan pendidikan budi pekerti ini semua pihak (guru, orang tua, kepala sekolah, tenaga administrasi) harus berperan aktif mengembangkan nilai-nilai budi pekerti sehingga nilai-nilai budi pekerti itu menjadi budaya pada sekolah.
e.       Orang tua sebagai pemberi suri teladan, bekerja sama dengan sekolah untuk membimbing peserta didik dan konsisten dalam menjalankan pendidikan budi pekerti di rumah
f.       Sekolah menciptakan suasana yang kondusif bagi terlaksananya penerapan pendidikan budi pekerti dan seluruh unsur sekolah memberi teladan.



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Kurikulum berbasis kompetensi yang dikembangkan saat ini tetap menempatkan pendidikan budi pekerti sebagai pendidikan yang terintegrasi dengan mata pelajaran lain dalam pembelajaran. Mengintegrasikan suatu muatan pembelajaran ternyata bukan pekerjaan mudah bagi sebagian besar guru. Karenanya, diperlukan strategi tertentu agar pembelajaran pendidikan budi pekerti berjalan efektif. Secara konsepsional, pendidikan budi pekerti merupakan usaha  sadar menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang dan masa yang akan datang.
B.     KRITIK DAN SARAN
Berkaitan dengan isi dari nilai-nilai yang akan ditanamkan seorang guru yang berperan sebagai pendidik dituntut untuk kreatif. Kreatif menemukan kemungkinan untuk menawarkan nilai-nilai hidup keapada anak didik. Kreatif dan berinisiatif untuk tekun mengelola perkembangan dan tuntutan yang ada tanpa meninggalkan inti ajaran hidup. Hal ini berarti guru harus terus menerus belajar tentang makna hidup itu sendiri



DAFTAR PUSTAKA
Nurul Zuriah, 2008. Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Bumi Aksara. Jakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar